Profil Majalah Tanwirul Afkar

Profil Majalah Tanwirul Afkar

Tanwirul Afkar adalah majalah yang diterbitkan oleh santri Ma’had Aly pondok pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Situbondo. Buletin ini lahir pada 15 Agustus tahun 1997, tepatnya tujuh tahun setelah lembaga Ma’had Aly Situbondo berdiri. Tanwirul Afkar, sejak kelahirannya selalu hadir memperkenalkan identitas pemikiran santri Ma’had Aly Situbondo dengan tipologi nalar usuli, yaitu sebuah cara berpikir yang mengedepankan dialog teks dan konteks dengan pendekatan metodologis, bukan hanya bersifat tekstualis. Oleh karena buletin ini merupakan manifestasi dari corak pemikiran santri Mahad Aly Situbondo, sejarah Tanwirul Afkar tak bisa lepas dari sejarah panjang didirikannya Ma’had Aly.

Ma’had Aly merupakan pendidikan pesantren jenjang tinggi. Penggagas dan pendiri pertamanya adalah KHR. As’ad Syamsul Arifin, Pengasuh PP. Salafiyah Syafi’iyah, Sukorejo, Situbondo. Latar belakang didirikannya Ma’had Aly sendiri berawal dari kegelisahan beberapa masyayikh terkait merosotnya kualitas pesantren dan kelangkaan fuqaha’ di Indonesia pada saat itu. Untuk menjawab kegelisahan tersebut maka Kiai As’ad berinisiatif untuk mendirikan sebuah lembaga khusus yang mempelajari dan mengkaji kitab-kitab salaf. Melalui musyawarah panjang yang tak hanya melibatkan ulama nasional, melainkan juga ulama Makkah kala itu, akhirnya diresmikanlah Ma’had Aly Sukorejo Situbondo pada 21 Februari 1990.

Ma’had Aly lahir dengan cita-cita luhur untuk mencetak kader ulama yang faqih zamani, yakni ulama yang mumpuni di bidang fikih dan mampu menggunakannya untuk menjawab tantangan jaman. Pada masa awal berdirinya, yakni tepatnya angkatan pertama dan kedua, yang menjadi fokus utama pendidikan di Ma’had Aly adalah penanaman karakter serta penjajakan nilai. Sehingga pada angkatan ini belum terumuskan ide untuk menerbitkan buletin, jurnal, atau buku karya fikih. Namun demikian, dalam praktiknya, diskursus yang mengarah pada produksi pemikiran fikih itu sudah dimulai.

Produk angkatan pertama dan kedua cenderung berupa refleksi-refleksi, bahtsul masa’il dan tulisan-tulisan pribadi. Seperti Prof. Dr. Abu Yazid, salah seorang angkatan pertama Ma’had Aly, dulu ketika menjadi santri di Mahad Aly, sering menulis di Jawa Pos, Surya, Duta Masyarakat, dan lain-lain. Selain itu, angkatan  ini juga banyak menulis makalah-makalah yang disampaikan dalam orasi ilmiah. Sedangkan angkatan kedua telah mampu menghasilkan dua buku yang diterbitkan untuk kalangan sendiri, yaitu Kumpulan Hasil Bahtsul Masa’il Ma’had Aly dan Cendekiawan Muslim Berbicara. Karena cikal-bakal serta gairah kepenulisan yang sudah tertanam sejak angkatan pertama, pada periode berikutnya dirumuskanlah ide untuk membuat wadah yang dapat memediasi aktifitas literasi tersebut.

Kelahiran Tanwirul Afkar yang kemudian disingkat TA ini diilhami oleh kegelisahan di satu sisi dan idealisme besar di sisi lain. Gelisah karena jawaban-jawaban fiqhiyyah yang diberikan, misalnya oleh forum-forum bahtsul masa’il amat lugas, tidak sungguh-sungguh dalam memahami kasus yang hendak dihukumi, miskin ilustrasi, dan terpaksa menyerah kalau jawaban qauli di kitab-kitab kuning tidak ditemukan (mauquf). Disebut memendam idealisme, karena Ma’had Aly sebagai sebuah lembaga yang dicetuskan oleh kiai-kiai pesantren dan dalam pelukan budaya salaf, ingin membuktikan, bahwa warisan ulama salaf, masih bisa dipakai untuk menjawab soal-soal masa kini.

TA terbit pada Agustus 1997 dengan jargon “menjawab persoalan fiqhiyyah kontemporer secara syamil dan bertanggung jawab”. Meskipun TA ini adalah produk pemikiran fiqh, namun bentuk dan model kajiannya berbeda dengan kecenderungan lembaga perumus hukum pada umumnya. Tema yang dikembangkan dalam TA memiliki idealisme yang cukup tinggi dalam menyikapi aneka persoalan keagamaan kontemporer. Dalam menjawab persoalan itu, TA mengkolaborasikan antara pendapat ulama klasik dan metodologi instinbat hukum yang dibangun oleh para ulama. Inilah arti kata syamil dalam jargon TA yang tak lain maksudnya adalah komprehensif. Namun, tak cukup hanya komprehensif, dalam memutuskan suatu hukum seorang mujtahid dituntut untuk bersikap adil. Percuma memiliki sudut pandang yang komprehensif jika dalam melihat masalah masih ada ketimpangan (memihak kanan atau kiri).  Menyadari hal itu, TA merubah jargonnya menjadi “Komprehensif, Moderat, dan Bertanggung jawab”.

Sejak awal berdiri hingga tahun 2008 (edisi 1-500), buletin TA terbit dalam bentuk lembaran di tiap minggunya, yakni dengan satu lembar kertas A4 yang dilipat. Oleh karena hanya berbentuk lembaran, pemikiran yang tertuang dalam buletin TA untuk merespon persoalan-persoalan fiqhiyyah dikhawatirkan tidak mampu diakomodasi secara komprehensif. Maka dari itu, mulai edisi 501, awak redaksi buletin TA angkatan 2008 berinisiatif untuk mengubah TA yang hanya satu lembar menjadi majalah yang berisi sekitar 80 halaman. Diharapkan, dengan penambahan halaman ini, buletin TA mampu menjawab problem-problem fiqhiyyah kontemporer dengan lebih komprehensif dan bertanggung jawab.

Dari banyaknya majalah TA yang diterbitkan sejak angkatan ketiga Ma’had Aly hingga kini, ada beberapa di antaranya dikumpulkan kemudian diterbitkan menjadi buku. Yaitu, buku Fiqh Rakyat (Pertautan Fiqh dengan kekuasaan) diterbitkan oleh LkiS pada tahun 2000; Fiqh Realitas (Respons Ma’had Aly Terhadap Wacana Hukum Islam Kontemporer) diterbitkan oleh Pustaka Pelajar pada tahun 2005; dan Fiqh Today (Respons Fiqh Tradisional Terhadap Persoalan Modern) diterbitkan oleh Erlangga pada tahun 2007; Fikih Progresif (Bunga Rampai Pemikiran Santri Ma’had Aly dalam Buletin Tanwirul Afkar) diterbitkan oleh Ibrahimy Press pada tahun 2014. Selain itu, dalam mempublikasikan pemikiran fikihnya, beberapa santri juga ada yang menyampaikan lewat media elektronik, khususnya radio, seperti yang dilakukan oleh Imam Nakha’i, salah satu peserta didik Ma’had Aly angkatan kedua.

Dari Tanwirul Afkar ini lahir tokoh-tokoh moderat yang bisa mewarnai corak pemikiran Islam di Indonesia, seperti Dr. Muhyiddin Khotib, salah satu Dewan Majelis Masyayikh Indonesia, Dr. Imam Nakha’i, M.H.I, salah satu Komisioner Komnas Perempuan, Prof. Dr. Abu Yasid, LLM, Guru Besar Filsafat Hukum Islam UIN Sunan Ampel, Prof. Dr. Muhammad Noor Harisuddin, M.Fil, Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Jember yang sekaligus sebagai Ketua Umum Asosiasi Penulis dan Peneliti Islam Nusantara, dan masih banyak lagi tokoh-tokoh yang mewarnai dakwah Islam di berbagai daerah.

Add a Comment

Your email address will not be published.

Pin It on Pinterest

Exit mobile version