Berdebat dengan Orang Bodoh Hanya Akan Membuat Orang Bodohnya Menjadi Dua

Berdebat dengan Orang Bodoh Hanya Akan Membuat Orang Bodohnya Menjadi Dua

Oleh: M. Yoeki Hendra
(Santri Marhalah Tsaniyah)

Masih banyak yang beranggapan bahwa kebodohan berkaitan dengan tingkat kecerdasan. Sehingga seolah-olah orang bodoh hanyalah orang-orang yang memiliki tingkat kecerdasan yang rendah. Padahal itu hanya salah satu dari sekian banyak indikator-indikator kebodohan. Dikutip dari gramedia.com tidak kurang dari 10 indikator yang menunjukkan kebodohan seseorang.

Tiga diantaranya yang sangat banyak dijumpai adalah merasa paling benar, menyepelekan orang lain dan tidak mau memahami pemikiran orang lain. Herannya, tiga hal ini sering kali tidak dirasakan bahkan nyaris tidak disadari.

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa alasan orang bodoh merasa dirinya lebih pintar tidak lepas dari aspek kognitif. Sederhananya, karena kemampuan kognitifnya terlalu rendah (bodoh) dia bahkan tidak bisa menyadari bahwa dirinya tidak kompeten.

Akibatnya terjadi sebuah fenomena bias kognitif dimana ketika dia mencapai kesimpulan pertama dari kondisi ketidaktahuan, dia merasa bahwa kesimpulan tersebut PASTI BENAR. Parahnya, orang bodoh semacam ini banyak kita jumpai di sekitar kita yang mengaku mengerti agama padahal sesat dan menyesatkan.  

Sebuah ungkapan yang sangat menohok pernah ditulis oleh Imam Ibnu Hajar al-Asqalani tentang orang bodoh yang berbicara diluar kapasitasnya dalam kitab Fathul Bari fi Syarhi Shahih al-Bukhari:

إذا تكلم المرء في غير فنه أتى بالعجائب

“Apabila seseorang berbicara diluar kapasitasnya maka dia akan membawa keanehan-keanehan.

Karena secara akal dia akan berusaha menyakinkan orang lain bahwa dirinya orang pintar dan mengerti, sehingga apapun akan dia ucapkan. Anehnya, semua yang dia katakan dianggap sebagai kelebihan atau bisikan Tuhan kepada dirinya.

Bahayanya orang-orang bodoh seperti ini, tidak hanya untuk dirinya, tetapi juga berbahaya bagi ilmu itu sendiri yang akan tercemar oleh kesesatan-kesesatan dan kedustaan.

Itu sebabnya menurut Imam Ibnu Hazm orang-orang bodoh yang mengaku berilmu itulah yang paling berbahaya bagi ilmu itu sendiri,

لا آفة على العلوم وأهلها أضر من الدخلاء فيها، وهم من غير أهلها، فإنهم يجهلون، ويظنون أنهم يعلمون، ويفسدون، ويقدرون أنهم يصلحون

Tidak ada musibah yang lebih berbahaya bagi ilmu dan ahlinya selain dari orang-orang yang masuk ke dalamnya padahal mereka bukan ahlinya. Mereka tidak tahu, tetapi menyangka bahwa mereka tahu. Mereka merusak, tetapi mereka mengira bahwa mereka memperbaiki.

Bahkan orang bodoh menurut Imam Syafi’i lebih berbahaya dari pada seorang alim yang belum mengamalkan ilmunya,

فساد كبير عالم متهتك * وأكبر منه جاهل متنسك
هما فتنة في العالمين عظيمة * لمن بهما في دينه يتمسك

“Suatu musibah besar, orang alim yang tidak mengamalkan ilmu, tetapi lebih besar lagi orang bodoh yang beramal tanpa dibekali ilmu pengatahuan. Keduanya merupakan fitnah besar di dunia, bagi orang-orang yang berpegang teguh pada agamanya.”

Selain merasa paling benar, orang bodoh juga sangat senang menyepelekan orang lain, bersikeras dengan pendapatnya, tidak peduli apakah itu benar atau tidak. Nah, orang bodoh semacam ini sebaiknya tidak ditanggapi saat berbicara apalagi berdebat. Karena berdebat dengan satu orang bodoh hanya membuat orang bodoh menjadi dua.

Sikap yang tepat menghadapi orang bodoh adalah diam dan membiarkannya. Hanya dengan cara itu membuat dia bungkam dan terdiam, sebagaimana yang diajarkan Imam Syafi’i dalam sebuah syairnya;

إذا نطق السفيه فلا تجبه * فخير من إجابته السكوت

فإن كلمته فرجت عنه * وإن خليته كمداً يموت

Jika orang bodoh berbicara maka janganlah kau lawan, sesungguhnya diam itu lebih baik dari pada menjawabnya, karena jika kau membalasnya maka kau telah melapangkan hatinya, dan jika kau membiarkannya maka ia akan mati dalam kesedihan.”

Karena tidak ada manfaatnya berdebat dengan orang bodoh. Semua yang dia lakukan akan menambah kehinaan dirinya, seperti yang juga disebutkan Imam Syafi’i:

يُخاطِبُني السَفيهُ بِكُلِّ قُبحٍ * فَأَكرَهُ أَن أَكونَ لَهُ مُجيبا

يَزيدُ سَفاهَةً فَأَزيدُ حِلماً * كَعودٍ زادَهُ الإِحراقُ طيبا

Jika orang bodoh berbicara kepadaku dengan penuh keburukan * Aku benci untuk jawabannya. Dia semakin bodoh, dan aku semakin bijaksana, * seperti sebatang kayu yang dibakar menjadi semakin harum.”

Alakulli hal, orang-orang bodoh yang merasa lebih pintar, menyepelekan orang lain dan tidak mau memahami pemikiran orang lain, tidak untuk ditanggapi karena berdebat dengan orang-orang seperti mereka hanya akan menambah orang bodoh.

Add a Comment

Your email address will not be published.

Pin It on Pinterest