Sidi Ahmad al-Rifa’i untuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)

Sidi Ahmad al-Rifa’i untuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)

Baru-baru ini warga +62 dihebohkan potongan video “ceramah” seorang ustazah, Oki Setiana Dewi. Ia bercerita seorang perempuan yang mengalami KDRT namun enggan mengadu pada orang tuanya. Sebatas pada cerita ini tidak masalah, lalu video tersebut menuai kontroversi sebab si ustazah melanjutkan bahwa sikap perempuan dalam ceritanya patut dicontoh oleh semua masyarakat. Ia tegaskan, seorang istri sudah sepatutnya tidak mengumbar-umbar aib pasangannya.

Ustazah Oki dihujat habis-habisan oleh netizen. Pernyataan Oki bisa saja menyebabkan perempuan korban KDRT memilih diam dan pasrah atas perlakuan kurang ajar suaminya, ujar mereka yang kontra. Ada lagi yang berujar, Oki tidak pantas diberi panggung karena layak ditanyakan “si Oki tau apa tentang agama?”.

Sementara pihak yang pro menyatakan, tidak ada kesalahan fatal dari video itu. Anjuran untuk tidak mengumbar kekerasan yang dialami, bukan berarti membolehkan kekerasan (KDRT).

Saya tidak akan membela salah satu pihak, tindakan semacam ini tidak akan menyelesaikan masalah. Tetapi, saya pun tidak menjamin tulisan ini akan menuntaskan masalahnya. Boleh jadi, malah nambah masalah.

Kapan hari saya menikmati kitab asyik “al-abru ‘alā al-Zaujāt wa al-ilm ‘Alayhinna” karya Yusuf Abjik al-Susi. Kitab ini berisi kumpulan kisah para nabi, ulama, wali-wali Allah dan para bijak bestari yang sabar menghadapi perlakuan istri-istrinya.

Saya random membuka kitab, saya dapati tema begitu menarik, ya mungkin karena tema itu sesuai kondisi hati saat itu. Tepatnya di halaman 18, terbaca judul besar Hikāyatāni fī Fali al-ilm ‘alā al-Azwāj wa ‘Uluwwi Maqām al-ābirīn ‘alā Ażāhunna.

Pada tema itu, catatan penting saya, bahwa sabar menghadapi perlakuan istri akan mengantarkan pada derajat wali dan kedudukan istimewa di sisi Allah. Sebut saja Sayyid Ahmad al-Rifa’i, salah satu kekasih (wali) Allah yang teramat masyhur, utamanya di pondok saya karena nama beliau tidak akan absen dihadiahi al-Fatihah setiap kali membaca Ratib al-Haddad. Nah, ternyata di balik ketenaran beliau, ada istri “galak” yang senantiasa mengolok-olok dan memarahi. Bahkan, beliau sering kali menerima kekerasan dari istrinya.

Salah seorang murid Sayyid Ahmad al-Rifa’i sering bermimpi melihat beliau berada di tempat istimewa, di surga. Mimpi itu dirahasiakan oleh sang murid. Alkisah, pada saat si murid berkunjung ke rumah Sayyid al-Rifa’i, ia mendapati sang guru sedang dipukuli kayu oleh istrinya. Sang murid heran melihat kejadian pada kunjungan itu, kenapa Sayyid al-Rifa’i hanya diam membatu tatkala dihantami kayu, tak sepatah kata terucap dari lisan sang guru. Kejadian ini membuat si murid berang. Ia segera bergegas pulang untuk mengabari kawan-kawan ngajinya tentang kejadian yang baru saja ia saksikan.

“Guru kita mengalami KDRT, apa kalian akan diam saja? Murid macam apa kalian ini?” tegasnya saat memberitahu wan-kawannya.

“Kita bisa apa? Meminta guru untuk menceraikannya? Itu tidak mungkin” ujar salah seorang dari mereka. “Kita tahu sendiri, kan! Mahar istri beliau mahal sekali. Sedangkan beliau tak punya apa-apa untuk menebusnya” pungkasnya.

Akhirnya mereka urun rembuk untuk patungan, sebagai bentuk rasa peduli pada guru tercinta. Setelah semuanya terkumpul, murid yang tadi melihat sang guru dipukuli datang kembali dengan membawa uang hasil iuran. Tanpa basi-basi ia menaruhnya di hadapan Sayyid Ahmad al-Rifa’i.

“Apa ini?” tanya Sayyid kepadanya. Dan si murid menjawab “Saya tidak rela melihat panjenengan dipukuli, ceraikan saja istri njenengan! Ini kami sudah siapkan maharnya”

Sayyid Ahmad al-Rifa’i tersenyum kemudian berujar “Andaikan bukan karena kesabaran atas ulah istriku, kamu tidak akan pernah memimpikan aku berada di surga”.

Melalui kisah di atas, kita sepakat bahwa KDRT bisa terjadi baik dari pihak suami atau dari pihak istri. Mungkin semua potensi adalah soal kesempatan, bila suami “diam” di situlah istri “ngegasss”, bila istri “kalem” di situlah suami “brutal”.

Dan tentang KDRT, saya yakin hanya terjadi pada sebagian kecil dari keseluruhan rumah tangga yang ada. Iya, kan! Betapa banyak keluarga yang bahagia. Dan agaknya memang jarang ada penelitian tentang keluarga yang bahagia, sehingga berjuta-juta kisah keluarga bahagia tidak tampak ke permukaan.

Akhirnya, kisah tersebut akan berdampak baik jika dijadikan pelajaran oleh para suami agar bersikap sabar menghadapi istri bukan malah melakukan kekerasan. Di sisi lain, menjadi kurang ajar, jika cerita di atas dijadikan dalil oleh para istri guna berbuat semena-mena terhadap suami, lalu berdalih “Kekasih Allah saja tak luput dari amukan istri, apalagi yang kagak wali, so sangat wajar kita amuki”. Wallāhu a’lam… (fQh)

Oleh:
Wandi Isdianto
(Musyrif Mahad Aly Situbondo)

Add a Comment

Your email address will not be published.

Pin It on Pinterest