Mengklarifikasi Informasi di Era Big Bang Information, Wajib!

Mengklarifikasi Informasi di Era Big Bang Information, Wajib!

Di era milenial ini, dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi maka perubahan zaman di tengah masyarakat sangat terasa pesat. Segalanya menjadi serba simpel dan instan. Khususnya dalam bidang teknologi informatika. Menurut Alvin Toflerr, sebagaimana dikutip oleh Sudarto, “zaman ini merupakan era perubahan gelombang ketiga yang mengantarkan manusia pada suatu era yang disebut dengan big beng information (ledakan dahsyat dibidang informasi)”. [sudarto, Wacana Islam Progresif: 148]

Banyak informasi-informasi yang berseliweran di sana-sini, khususnya di sosial media. Informasi yang bertebaran tersebut turut membentuk opini masyarakat dan tidak jarang informasi yang dikonsumsi masyarakat luas adalah berita-berita bohong atau hoax. oleh karena itu, seharusnya membangun budaya klarifikasi informasi dan mencari tahu validasi suatu berita sebelum melakukan share agar tidak gampang terjerumus dalam penyeberan informasi palsu.

 Perintah Klarifikasi  dalam Surah Al-Hujurat Ayat 6

Dalam Al-Quran ada ayat yang memerintahkan kepada umat islam khususnya untuk melakukan klarifikasi dan verifikasi. Sedangkan term yang digunakan dalam al-quran adalah tabayun. Hal ini sebagaimana Surah Al-Hujurat ayat 6;

“Wahai orang-orang yang beriman! jika datang kepada kalian orang yang fasik dengan membawa berita maka klarifikasilah kebenarannya, agar kalian tidak mencelakan suatu kaum karena kebodohan kalian, lalu kalian menyesali perbuatanmu” [QS. Al-Hujurat: 6]

Imam Al-Zamakhsyari dalam kitab Al-Kasyyaf [360/4], mencatat bahwa redaksi ayat Tabayun juga ada yang membaca dengan Tastabut, namun secara esensi kedua makna lafal hampir sama yaitu mencari keterangan, penjelasan dan pengetahuan. Selaras dengan hal tersebut, Ibnu ‘Asyur menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan tabayun adalah mencari kejelasan suatu perkara termasuk informasi. Perintah untuk melakukan kebenaran suatu informasi supaya tidak tergesa-gesa dalam memutuskan suatu perkara lalu terjerumus dalam hal-hal yang negatif. [Al-Tahrir wa Al-Tanwir [167/5]

Imam Al-Razi dalam kitabnya Mafatihu Al-Ghaib [97/28] berkomentar bahwa ayat tersebut merupakan salah satu pelajaran etika al-quran terhadap umat muslim khususnya dalam menyikapi informasi yang belum jelas, apalagi dari orang-orang yang tidak memiliki kredibelitas. Hal ini, merupakan bentuk mawas diri atau kehatia-hatian agar tidak terpengaruh dengan informasi yang belum jelas. Sehingga menjerumuskan kepada perpecahan, baik dalam konteks kerabat, teman, dan saudar sebangsa.

Azbabun Nuzul Ayat

Adapun konteks turunnya ayat tersebut sebagaimana yang disebutkan Ibnu ‘Asyur dala kitabnya Al-Tahrir wa Al-Tanwir [26/228]. Konteks ayat tersebut berkenaan dengan suatu peristiwa dimana Nabi Muhammad mengutus Al-Walid bin Uqbah menuju kaum Mushthaliq untuk memungut zakat.berangkatlah Al-Walid sesuai perintah Nabi Muhammad saw. Sementara Al-Walid sendiri pernah terjadi konflik dengan Bani Mushthaliq di era Jahiliyah. Setelah tiba di tengah Bani Mushthaliq, Al-Walid ketakutan sebab orang-orang pada keluar sembari membawa pedang. Ia mengira akan membunuhnya mengingat konflik yang pernah terjadi dulu.

Oleh karena itu, Al-Walid segera kembali ke Madinah dan menemui Nabi Muhammad dan menceritakan bahwa Bani Mushthaliq  enggan membayar zakat bahkan hampir membunuhnya. Mendengar info yang disampaikan Al-Walid Nabi menjadi emosi sehingga memerintahkan Khalid bin Walid untuk menyelidiki apa yang sesungguhnya terjadi. Setelah Khalid tiba ternyata fakta tidak sesuai dengan berita dimana Bani Mushthaliq taat dan membayar zakat.

Klarifikasi dalam Surah An-Nisa Ayat 94

“Wahai orang-orang yang beriman! Jika kalian bepergian di jalan Allah maka telitilah dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan salam kepadamu, “kamu bukan seorang yang beriman”, (lalu kamu membunuhnya) dengan maksud mencari harta benda kehidupan dunia. Padahal, di sisi Allah ada harta yang banyak. Begitu jugalah keadaanmu dahulu, lalu Allah memberikan nikmat kepadamu maka klarifikasilah. Sungguh, Allah Maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan” [QS. An-Nisa: 94]

Pada dasarnya, ayat di atas tidak jauh berbeda dengan penjelasan sebelumnya. Hanya saja, untuk konteks ini, Allah swt. Sangat menekankan untuk melakukan klarifikasi atau tabayun bahkan menjadi wajib jika menyangkut dengan hak-hak seseorang baik berupa hak harta dan nyawanya. Sebagaimana disebutkan oleh Imam Al-Zamakhsyari dalam tafsirnya.

Sedangkan Azbabun Nuzul ayat menyangkut orang-orang yang berjihad di jalan Allah dan tidak ingin melakukan klarifikasi terdahulu hanya main bunuh saja, yang mana perbuatan itu bertentangan dengan pesan islam. Rasyid Ridha meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa suatu ketika Nabi Muhammad mengutus pasukan yang diantaranya adalah Miqdad. Ketika suatu kaum berjumpa dengan pasukan tersebut, maka kaum-kaum itu bercerai berai berlarian sehingga tinggal seorang saja, ia juga membawa harta yang banyak. Karena tinggal sendirian, orang itu langsung mengucapkan syahadat sebagai tanda masuk islam namun tetap dibunuh oleh Miqdad. Nabi-pun langsung menegur Miqdad atas perbuatannya itu. [Tafsir Al-Mannar: 5/94]

Closing Statement

Dari dua ayat yang telah dipaparkan di atas, maka sebelum membaca dan menyebarkan suatu informasi  wajib mengklarifikasi validitasnya terlebih dahulu. Karena dikhawatirkan info yang disampaikan berupa kebohongan atau mengandung sara. Khususnya, informasi yang bertebaran di sosial media, entah itu di Fb, WA, IG dan semacamnya, yang dominannya info-info itu masih belum jelas serta simpang siur. Implikasinya, akan menimbulkan instabilitas dan kekacauan sosial bahkan mengantarkan pada perpecahan.

Moh Sholeh Shofier
(Mahasantri Mahad Aly Marhalah Tsaniyah)

Add a Comment

Your email address will not be published.

Pin It on Pinterest