Simalakama Muballigh: Antara Fardu Kifayah dan Stigma Negatif

Simalakama Muballigh: Antara Fardu Kifayah dan Stigma Negatif

Oleh: Ust. Asror Baisuki
(Alumni Ma’had Aly Situbondo)

Tadi pagi, ketika al faqir iseng scrol2 story kontak wa di HP, tiba2 ada sebuah status seorang teman, beliau orang yang alim dan Alumni Al Ahqof, membaca status beliau al faqir yang penuh kekurangan ini merasa tertampar dan malu, rasanya seperti dibangunkan dari tidur dengan air dingin.

Beliau mengutip maqolah KH Zainal Abidin Munawwir (Pengasuh Pondok Pesantren Al Munawwir Kerapyak):

من أمراض الخطباء هم خرصوا على جمع العلوم وقصدوا تبليغها فحسب حتى جعلوا أنفسهم كالحصائر

“Termasuk penyakit para Muballigh, mereka semangat mengumpulkan ilmu kemudian menyampaikan ilmunya tanpa diamalkan, sehingga mereka menjadikan dirinya sendiri seperti kaset belaka”

Maqolah ini seakan mensayarahi hadis Nabi:

وقال صلى الله عليه وسلم إنكم أصبحتم في زمن كثير فقهاؤه قليل قراؤه وخطباؤه قليل سائلوه كثير معطوه العمل فيه خير من العلم وسيأتي على الناس زمان قليل فقهاؤه كثير خطباؤه قليل معطوه كثير سائلوه العلم فيه خير من العمل

“Nabi bersabda: kalian saat ini berada pada masa dimana banyak ahli fiqhnya dan sedikit muballignya, sedikit peminta2nya dan banyak pemberinya, maka beramal lebih baik daripada mencari ilmu. Namun akan datang suatu masa yang sedikit ahli fiqhnya dan banyak muballignya, sedikit pemberinya dan banyak peminta2nya, maka mencari ilmu lebih baik daripada amal”

Gambaran muballigh saat ini sudah digambarkan oleh Nabi sejak dulu, dimana mereka hanya sibuk mencari bahan ceramah tanpa harus mengamalkan isi ceramahnya. Orang seperti ini jelas terkena murka Allah (والعياذ بالله). Akan tetapi, bagaimanapun keadaan pribadi si muballigh, entah mereka ahli ibadah ataukah ahli maksiat, entah mereka mengamalkan ilmunya atau tidak, mereka punya jasa besar yang insyaallah, pahalanya melebihi kekurangan mereka bahkan bisa mengantarkan mereka ke surga, yaitu Nasyrul Ilmi.

Hal ini yang diwanti-wanti oleh Imam As Syadizili, menurut beliau salah satu talbis/tipu daya setan adalah mengingatkan orang-orang alim itu akan dosa-dosa masal alunya. Sampai-sampai mereka merasa malu untuk nasyrul ilmi, sehingga di titik ini berhentilah penyebaran ilmu, itulah yang diinginkan setan. Oleh karena itu, menurut As Syadzili, meskipun kalian ahli maksiat tetaplah bergaul jangan tinggalkan umat ini, dan sebarkan ilmu serta tegakkan aturan.

Imam As Syarqowi dalam syarah Hikam Ibnu Athoillah berkata:

فاذا سلكت الطريق بعد شهرتك فالواجب عليك التواضع وألا ترى في نفسك مقاما ولا ترى ما انت فيه من المناصب وغيرها شيئا عظيما بل ترى ان الخير في تركه ولكن لا تتركه الا بإرشاد أستاذك او بإذن إلهك

“Jika kalian meniti jalan thoriqoh setelah kamu terkenal, maka hendaklah kamu tawadlu’, dan jangan sampai merasa punya posisi yang mulya serta jangan sampai memandang apa yang kamu capai berupa pangkat dsb adalah sesuatu yang agung, melainkan kamu harus merasa bahwa lebih baik kamu tinggalkan itu semua. Akan tetapi, jangan sampai kamu tinggalkan keterkenalanmu kecuali sudah dapat restu dari gurumu atau bisikan tuhanmu”. (Syarh Al Hikam Li As Syarqowi H-42)

Wahai para muballigh, jangan sampai kamu berhenti menyebarkan ilmu, tebarkan ilmu seluas-luasnya. Bayangkan, alangkah gelapnya semesta ini jika para penyampai ayat-ayat Allah itu berhenti ceramah hanya karena merasa dirinya tidak pantas, barapa juta ilmu Allah yang akan tak tersampaikan. والعياذ بالله [slhsfr]

Sampang, 28 Oktober 2022.

Image by rawpixel.com on Freepik

Add a Comment

Your email address will not be published.

Pin It on Pinterest