Dan Arsy-pun Berguncang: Sirah Unik Sahabat Kanjeng Nabi

Dan Arsy-pun Berguncang: Sirah Unik Sahabat Kanjeng Nabi

Judul Buku
Dan Arsy-pun Berguncang: Sirah Unik Sahabat Kanjeng Nabi
Penulis: Ahmad Husain Fahasbu
Sambutan: K. H. Afifuddin Muhajir, Wakil Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
Penerbit: Divapress Jogjakarta
Tebal Halaman: 230 Halaman
Ukuran: 14 × 20 CM
Harga: 70 K

Komentar Tokoh

Buku yang membahas tentang sejarah dan kisah-kisah sahabat nabi, seperti buku yang disusun saudara Ahmad Husain Fahasbu ini memiliki kaitan yg signifikan tersendiri terhadap kajian keislaman. Sejarah para sahabat di samping mengandung unsur keteladanan (uswah hasanah), sebenarnya juga bisa menjadi basis argumen dalam menjawab masalah-masalah kontomporer. Ada beberapa kasus hukum yg bisa dikemukakan sebagai contoh:

Suatu waktu Khalifah Umar bin Khattab pernah membuat kebijakan yang dianggap kontroversial. Yaitu kebijakan beliau terkait harta rampasan perang berupa tanah pertaniaan dan perkebunan yang subur dan luas yang terletak di antara Kufah dan Basrah. Sang Khalifah mengemukakan pendapat untuk tidak membagi-bagikan tanah-tanah itu kepada pasukan perang. Tujuannya adalah terwujudnya kemaslahatan umat secara merata, yakni dimaksudkan agar supaya kekayaan alam tidak hanya dinikmati oleh generasi yang ada sekarang akan tetapi juga dirasakan manfaatnya oleh generasi yang akan datang.

Kebijakan tersebut awalnya tidak mendapatkan persetujuan dari para sahabat sebab dianggap tidak sejalan dengan bunyi nash yang berisi ketentuan tentang pembagian harta ghanimah kepada tentara sukarelawan yang ikut perang.

Namun kebijakan itu akhirnya disepakati setelah dihadirkan dalil yang mendasarinya, yaitu firman Allah Swt. dalam surat al-Hasyr ayat 10.:

وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ} [الحشر: 10]

“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa, “ Ya Rabb Kami, beri ampunanlah kami dan saudara-saudara kami yang telah dulu beriman lebih dulu dari kami dan janganlah Engkau memberikan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman ; Ya Rabb kami Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang”. (Qs. Al-Hasyr [59]: 10 )

Sirah sahabat bukan hanya penting dalam tasawuf sebagai teladan, tetapi juga penting dalam kajian fikih sebagai dasar dalam menjawab sebuah persoalan. Begitupula ia amat penting dalam kajian ushul fikih, tafsir, hadis, ulum al-Qur’an, maqashid al-Syariah dan banyak cabang keilmuan dalam Islam.

Saya atas nama pribadi ikut senang dan menyambut hadirnya buku ini. Semoga bermanfaat dan terus bermanfaat.[]

–K. H. Afifuddin Muhajir, Wakil Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.

Add a Comment

Your email address will not be published.

Pin It on Pinterest