Moderasi Beragama Adalah Karya Tuhan

Moderasi Beragama Adalah Karya Tuhan

Oleh: Dr. Imam Nakhe’i
(Dosen Mahad Aly Situbondo)

Ayat yang sangat populer untuk melandasi konsep moderasi beragama adalah surah Al Baqarah ayat 143:

وَكَذَ ٰ⁠لِكَ جَعَلۡنَـٰكُمۡ أُمَّةࣰ وَسَطࣰا لِّتَكُونُوا۟ شُهَدَاۤءَ عَلَى ٱلنَّاسِ وَیَكُونَ ٱلرَّسُولُ عَلَیۡكُمۡ شَهِیدࣰاۗ

“Demikianlah aku jadikan kalian sebagai umat yang moderat, agar kalian menjadi saksi atas seluruh umat manusia”

Ayat ini menegaskan bahwa ummatan wasathan itu “min ja’lillahi” diciptakan oleh Allah. Ini berarti wasathiyah (moderat) itu menjadi watak dasar syariah Islam karena demikianlah Allah menciptakannya.

Ayat ini menggunakan kata “ummatan wasathan” (umat yang moderat) bukan kata “diinan wasathan” (Agama yang moderat), mengandung makna bahwa yang moderat itu adalah umat yang memahami, mengamalkan dan mendakwahkan ajaran Islam itu. Sementara ajaran nya sendiri bisa jadi tidak toleran jika dipahami secara tidak tepat oleh pemeluknya.

Ajaran agama bahkan bisa dijadikan alat untuk mendapatkan keuntungan bagi siapapun yang memiliki kepentingan, baik kekuasan, ekonomi maupun sosial. Seperti salah satu kelompok dalam perang Siffin antara Aly ra dan Mu’awiyah ra, yang menggunakan Alquran sebagai alat tipu daya.

Mengapa Allah menjadikan ummat Muhammad sebagai Ummatan wasathan? Agar mereka menjadi saksi. Apa yang dimaksud menjadi saksi? Menurut para ulama yang dimaksud menjadi saksi adalah “kehadiran yang kontributif”. Bukan hanya “wujud fisik” tapi tidak hadir (kontribusi) berarti tidak ada gunanya, tidak memberikan manfaat apapun pada sesamnya.

Banyak umat manusia yang wujud secara fisik di tengah tengah masyarakat, tetapi mereka tidak hadir memberikan kontribusi apapun. Problem kemismikinan mereka ada tetapi tidak hadir untuk berkonstribusi. Pendidikan sangat meresahkan, guru guru terbayar dengan gaji yang sangat rendah bahkan sering ditunda-tunda, mereka menyaksikan tetapi tidak hadir (berkontribusi) di dalamnya. Persoalan bangsa yang galau, mereka ada, tapi tidak hadir berkonstribusi, dan seterusnya.

Islam menghendaki umat Muhammad hadir memberikan berkonstribusi dalam setiap jengkal kehidupan manusia, melihat dan merasakan apa yang mereka rasakan, dan memberikan kerahmatan pada sesama, sebagaimana Nabi Muhammad yang selalu “Azizun alaihi maa anittum, harisun Alaikum bil mukminina ro’ufurrahim- merasakan apa yang dirasa berat oleh umatnya, sangat ingin umatnya bahagia dan kasih sayang kepada kaum mukminin”.

Itulah makna syuhada’a ala An nasi. Bagaimana supaya bisa menjadi syuhada? Syarat nya satu, yaitu menjadi ummatan wasathan.Ummatan washatan bukan karya kementrian agama, atau perguruan tinggi atau pesantren, melainkan ia karya Allah sang pencipta jagad raya.

Jakarta 091122

Add a Comment

Your email address will not be published.

Pin It on Pinterest