<strong>Kiai Afifuddin Muhajir: Benarkah Semua Doa Pasti Dikabulkan?</strong>

Kiai Afifuddin Muhajir: Benarkah Semua Doa Pasti Dikabulkan?

Oleh: Moh Soleh Shofier
(Mahasantri Ma’had Aly Situbondo)

Dalam artikel ini kami akan membahas tentang doa dengan mengkaji dalil-dalilnya dan fakta sejarah yang unik. Pasalnya selain salat, berdoa juga merupakan salah satu cara umat muslim berkomunikasi dengan Allah Subhanahu Wata’ala.  Berkaitan dengan doa, Kiai Afifuddin Muhajir pernah mengatakan bahwa semua doa yang dipanjatkan oleh setiap hamba pasti dikabulkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala.

Kiai Afif menyandarkan pernyataannya terhadap salah satu firman Tuhan sebagaimana yang tertera dalam QS. [40]: 60

{وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ } [غافر: 60]

 “Dan Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.”

Ulama tafsir masih bersilang pendapat mengenai interpretasi ayat tersebut. Ibnu Abbas dan Mujahid, misalnya, menafsiri ayat itu dengan ibadah sehingga orang yang beribadah kepada Allah maka akan diberi pahala. Adapun argumentasi yang digunakan adalah antara lain adalah hadis Nabi yang artinya, “Doa itu adalah ibadah”. Selain itu, memang seringkali kalimat doa digunakan atas pengertian ibadah, (Tafsir al-Maraghi, 24/87).

Berbeda dengan di atas, ada yang memaknai ayat itu secara dzahir yaitu doa seorang hamba dan ijabah dari Tuhan. Argumentasinya untuk menjustifikasi penafsiran ini adalah hadis yang diriwayatkan Sayyidatina Aisyah, yang artinya, “Doa itu adalah minta ampun”.

Sementara itu, Syekh Nawawi al-Bantani kiranya lebih condong pada pendapat yang kedua. Beliau mengatakan bahwa yang dimaksud dengan doa adalah meminta. Artinya, seseorang yang berdoa maka akan diberikan oleh Tuhan. (Marah Labid, 2/352).

Selain ayat itu, ada ayat lain yang sama sebagaimana ditegaskan dalam QS. Al-Baqarah [2]: 186.

{وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ (186)} [البقرة: 186]

 “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”.

Menurut sebagian mufassir ayat ini turun lantaran merespons suatu peristiwa di mana ada seorang badui datang kepada Nabi Muhammad dan bertanya tentang Tuhan, apakah dekat sehingga berdoa dengan pelan atau jauh sehingga berdoa dengan agak keras.

Menurut riwayat dari jalur Qatadah, ayat ini turun lantaran para sahabat Nabi yang bertanya-tanya soal “kondisi” Tuhan. Sementara Ibnu Abbas mengatakan turunnya ayat itu lantaran kaum Yahudi Madinah bertanya kepada Nabi kapan Allah Swt mendengar panggilan mereka. Dari beberapa peristiwa yang melatarbelakangi turunnya ayat itu sesungguhnya tidak ada perbedaan yang siginifikan, bahkan selaras.

Dari ayat itu bisa diambil kesimpulan, sebagaimana dawuh Kiai Afifuddin Muhajir, bahwa Tuhan akan mendengarkan dan mengabulkan doa hambanya. Namun demikian, agar doa bisa dikabulkan menurut Kiai Afifuddin Muhajir harus memenuhi syaratnya. Setidaknya ada dua syarat yang diajukan oleh Kiai Afifuddin Muhajir agar doa yang dipanjatkan bisa dikabulkan.

Pertama, Semua apa yang terkait dengan hamba yang berdoa diyakini halal-thayyib : makanan yang dimakan, minuman yang diminum, pakaian yang dipakai dan tempat yang ditempati semuanya halal-thayyib. Dalam kitab Hilyatul Awliya [8/15] pernah dihikayatkan suatu ketika Ibrahim bin Adham jalan-jalan ke pasar di Basrah kemudian ada sekelompok orang berkumpul di hadapan Ibrahim sembari bertanya, bahwa mereka berdoa namun tidak dikabulkan padahal Allah sudah berjanji akan mengabulkan sebagaimana dalam Alquran.

Mendapat pertanyaan itu, Ibrahim bin Adham menandaskan bahwa ada sepuluh perkara yang menyebabkan doanya tidak dikabulkan. Pertama, tidak menunaikan hak-hak Allah padahal mereka mengetahuinya. Kedua, tidak mengamalkan Alquran padahal membacanya. Ketiga, mengklaim cinta pada Nabi tapi tidak mengerjakan sunahnya.

Keempat, selaras dengan kemauan setan. Kelima, suka surga tapi tidak beramal demi surga. Keenam, takut neraka tapi menggantungkan diri ke neraka. Ketujuh, meyakini kematian tapi tidak menyiapkan bekal. Delapan, sibuk dengan aib-aib saudaranya. Sembilan, tidak bersyukur. Sepuluh, tidak mengambil pelajaran dari kematian.

Syarat kedua, doa dipanjatkan dengan penuh harap dan semangat, khusyuk, tadharruk dan khudhuk.

Selain dua syarat di atas yang tidak kalah penting untuk diketahui oleh setiap insan bahwa apa yang diberikan oleh Allah melalui doa tidak pasti persis seperti yang dimohon oleh hamba. Yang jelas, apa yang diberikan oleh Allah lebih baik dan lebih bermanfaat dalam kehidupan dunia dan akhirat, sebagaimana diungkapkan oleh Kiai Afifuddin Muhajir.

Hal itu, menurut Kiai, untuk mewanti para hamba dari rasa kekecewaan; merasa atau menganggap doanya tidak makbul disisi-Nya. Dengan kata lain, doa yang akan dikabulkan oleh Allah Swt sesuai kehendak Tuhan. Sebab doa sejatinya merupakan ungkapan kongkret dari kebutuhan hamba akan Tuhannya, dalam bahasa Kiai Afifuddin Muhajir yaitu, Doa sebagai ungkapan tak berdaya di hadapan Allah yang Maha kuasa”

Perlu diketahui bahwa ayat yang menyatakan bahwa setiap doa yang dipanjatkan akan dikabulkan itu bersifat mutlak. Dalam diskursus ushul fiqh, lafal yang mutlak diarahkan kepada lafal yang dibatasi.

والمطلق محمول على المقيد

“Lafal mutlak diarahkan kepada lafal yang dibatasi”.

Adapun ayat yang membatasi kemutlakan di atas yaitu sebagaimana tertera dalam QS. Al-An’am [6]: 41).

{ بَلْ إِيَّاهُ تَدْعُونَ فَيَكْشِفُ مَا تَدْعُونَ إِلَيْهِ إِنْ شَاءَ وَتَنْسَوْنَ مَا تُشْرِكُونَ (41} [الأنعام: 41]

(Tidak), hanya kepada-Nya kamu minta tolong. Jika Dia menghendaki, Dia hilangkan apa (bahaya) yang kamu mohonkan kepada-Nya, dan kamu tinggalkan apa yang kamu persekutukan (dengan Allah)” (QS. al-An’am [6]: 40).

Dalam ayat tersebut Tuhan menegaskan bahwa orang-orang yang berseru kepada Allah akan dikabulkan jika Tuhan menghendaki. Dengan kalimat lain, doanya seorang hamba akan dikabulkan (sesuai permintaan) (1) jika Tuhan berkehendak, (2) selaras dengan ketentuannya (qada), (3) permintaannya tidak mustahil, (4) Allah akan memberikan yang lebih baik.

Sebagai sampel sejarah, dulu Nabi Muhammad pernah berdoa kepada Tuhan dengan tiga permintaan. Dua dari permintaannya dikabulkan sesuai permintaannya Nabi oleh Allah Swt sementara satu permintaan lagi “dikabulkan” tidak sesuai permintaan. Pertama, Rasulullah memohon kepada Allah agar umatnya tidak binasa sebab kelaparan/tenggelam. Kedua. Rasulullah memohon kepada Allah agar umatnya tidak dikuasai musuh dari luar. Kedua permintaan ini dikabulkan. Sedangkan yang dikabulkan tidak sesuai harapan adalah permintaan Rasulullah terkait agar umatnya tidak merasakan kekejaman di antara sesamanya. (Sunan Ibnu Majah. 2/1303).

Jika semulia Nabi Muhammad saja tidak semua doa dan atau permintaannya dituruti sepenuhnya, lantas bagaimana dengan kita? Tetapi apakah doanya Nabi itu ditolak? Menurut saya tidak, sebagaimana statemen Kiai Afifuddin Muhajir bahwa setiap doa pasti dikabulkan. Hanya saja doa itu, sebagaimana menurut Kiai Afifuddin Muhajir,  diberikan tidak sesuai keinginannya permintaannya namun sesuai kehendak Tuhan.

Barangkali apa yang diberikan Tuhan lebih baik dari pada yang diminta Nabi itu. Misalnya, sejarah membuktikan bahwa setelah Nabi wafat, umatnya mengalami perpecahan dan bahkan saling bunuh di antara kelompok-kelompok, terutama setelah meninggalnya Khalifah Utsman bin Affan radliyallahu ‘anhu sampai dinasti-dinasti setelahnya. Namun demikian, masih bisa dipetik hikmahnya karena dengan adanya konflik itu Islam tambah meluas ke seluruh penjuru dunia. [M Slh Sfr] Falyataammul.

Gambar: Mubadalah.id

Add a Comment

Your email address will not be published.

Pin It on Pinterest