Hukum Melakukan  Keramas dan Bekam di Siang Bulan Ramadan

Hukum Melakukan Keramas dan Bekam di Siang Bulan Ramadan

Tidak sedikit masyarakat yang ragu untuk melakukan bekam saat berpuasa. Selain itu, mereka juga ragu untuk berkeramas saat menjalani ibadah puasa. Mereka khawatir kalau-kalau puasa yang dilakukan menjadi batal lantaran berbekam dan berkeramas. Sebenarnya bagaimana hukum bekam dan keramas saat puasa? Apakah saat puasa boleh melakukan bekam dan keramas?

Berbekam saat sedang menjalani ibadah puasa tidak dilarang. Artinya, boleh bagi orang yang berpuasa berbekam. Kebolehan ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas r.a;

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ احْتَجَمَ وَهُوَ مُحْرِمٌ وَاحْتَجَمَ وَهُوَ صَائِمٌ

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwasanya Rasulullah Saw berbekam dalam keadaan ihram dan beliau juga berbekam saat sedang berpuasa.

Hal ini sebagaimana penjelasan Syekh Zakariya al-Anshari dalam kitabnya Asna al-Mathalib fii Syarhi Raudhi al-Thaalib Juz I halaman 416;

(وَلَا يُفْطِرُ بِالْفَصْدِ وَالْحِجَامَةِ) لِخَبَرِ الْبُخَارِيِّ أَنَّهُ «- صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – احْتَجَمَ وَهُوَ صَائِمٌ»

“Tidak batal puasanya orang yang berbekam berdasarkan hadis (di atas).”

Hal serupa disampaikan Imam ‘Umrani dalam Kitabnya al-Bayan fii Mazhabi al-Imam al-Syafi’i Juz III halaman 532;

وَإِنِ احْتَجَمَ لَمْ يَفْسُدْ صَوْمُهُ، وَبِهِ قَالَ مَالِكٌ، وَأَبُو حَنِيْفَة،َ وَرُوِيَ ذَلِكَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، وَأَنَسٍ، وَأَبِي سَعِيْدِ الْخُدْرِيِّ، وَزَيْدِ بْنِ أَرْقَمَ، وَأُمِّ سَلَمَةَ، وَ ابْنِ مَسْعُوْدٍ، وَالْحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ

“Jika seseorang yang puasa berbekam maka hukum puasanya tidak batal. Pendapat ini dikemukakan juga oleh Imam Malik dan Imam Abu Hanifah berdasarkan hadis riwayat Ibnu Abbas, Anas bin Malik, Abu Sa’id al-Khudri, Zaid bin Arqam, Ummu Salamah, Ibnu Mas’ud, dan Hasan bin ‘Ali.”

Begitupula berkeramas saat sedang menjalani ibadah puasa diperbolehkan berdasarkan hadis riwayat Imam Malik;

وَرَوَى مَالِكٌ: عَنْ سمى مَوْلَى أَبِى بَكْرٍ، عَنْ أَبِى بَكْرِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ بَعْضِ أَصْحَابِ النَّبِيِّ، عَلَيْهِ السَّلَامُ: (أَنَّ النَّبِيَّ خَرَجَ فِى رَمَضَانَ يَوْمَ الْفَتْحِ صَائِمًا، فَلَمَّا أَتَى الْعَرَجَ شَقَّ عَلَيْهِ الصِّيَامُ، فَكَانَ يَصُبُّ عَلَى رَأْسِهِ الْمَاءَ وَهُوَ صَائِمٌ)

Dari sebagian sahabat bahwasanya Rasulullah Saw pernah bepergian pada hari fathul mekkah di bulan ramadhan dalam keadaan berpuasa. Tatkala sampai di kota ‘araj beliau merasa kelelahan maka beliaupun menuangkan air ke kepalanya saat masih dalam keadaan berpuasa.

Menurut Imam al-Harawi dalam kitabnya al-Maraaqatu al-Mafaatih juz IV halaman 1396 Hadis ini menunjukkan atau menjadi dalil bahwa berkeramas tidak dimakruhkan bagi orang yang berpuasa. Sekalipun ada sensasi dingin dan segar setelahnya.

Syekh Muhammad Asyraf bin Amir dalam kitabnya ‘Aunu al-Ma’bud Juz VI halaman 352 juga berpendapat terkait kehujjahan hadis di atas;

فِيهِ دَلِيلٌ عَلَى أَنَّهُ يَجُوزُ لِلصَّائِمِ أَنْ يَكْسِرَ الْحَرَّ بِصَبِّ الْمَاءِ عَلَى بَعْضِ بَدَنِهِ أَوْ كُلِّهِ وَقَدْ ذَهَبَ إِلَى ذَلِكَ الْجُمْهُورُ وَلَمْ يُفَرِّقُوا بَيْنَ الِاغْتِسَالِ الْوَاجِبَةِ وَالْمَسْنُونَةِ وَالْمُبَاحَةِ

“Hadis (di atas) adalah dalil bahwasanya orang yang berpuasa boleh menyiramkan air ke sebagian atau seluruh badannya (keramas). Ini merupakan pendapat mayoritas ulama dan mereka tidak membedakan antara berkeramas saat mandi sunnah dan mandi wajib (boleh secara mutlak).”

Dengan demikian bekam dan keramas boleh dilakukan saat sedang puasa. Namun hendaknya seseorang berhati-hati ketika berkeramas jangan sampai ada air yang masuk ke rongga badan seperti hidung, telinga dan mulut karena hal itu dapat membatalkan puasa. Wallahu a’lam bi al-Shawab.

freepik

Add a Comment

Your email address will not be published.

Pin It on Pinterest