Sejarah Muharram Menjadi Bulan Pertama Dalam Kalender Islam

Sejarah Muharram Menjadi Bulan Pertama Dalam Kalender Islam

Oleh: Farina Faradina

(Mahasantri Ma’had Aly Marhalah Tsaniyah)

Muharram merupakan urutan bulan pertama di dalam kalender Islam. Bulan ini adalah penanda Rasulullah Hijrah dari kota Mekah menuju kota Yatsrib (Madinah). Lalu mengapa Muharram yang dipilih menjadi bulan pertama dalam kalender Islam? Simak ulasan berikut.

Kalender tahun baru Hijriyah dimulai sejak masa kepemimpinan khalifah Sayyidina Umar. Kala itu, seorang gubernur sekaligus ulama ternama, Abu Musa al-Asy’ari, seringkali kebingungan ketika melihat kembali surat ataupun dokumen-dokumen yang ia arsip, sebab tidak tercantum tanggal di dalamnya. Ia tidak bisa membedakan surat yang baru datang dan surat yang lama, termasuk surat yang ia terima dari khalifah Sayyidina Umar. Akhirnya, Abu Musa al-Asy’ari memberi usulan untuk membuat kalender Islam.

Atas usulan tersebut, Sayyidina Umar pun mengumpulkan para sahabat. Di dalam forum musyawarah tersebut, para sahabat utama hadir, termasuk Sayyidina Utsman dan Sayidina Ali.

Diantara sekian usulan sahabat, ada yang mengusulkan agar kalender hijriyah dimulai sejak nabi wafat. Akan tetapi, usulan ini ditentang oleh sebagian sahabat karena mengenang waktu nabi wafat terkesan mengenang kesedihan. Hal ini dinilai kurang baik, karena umat Islam harus menjalani hidup dengan optimis tanpa kesedihan.

Sebagian sahabat yang lain mengajukan untuk memperingati tahun baru Islam pada bulan lahirnya nabi, Rabi’ul Awal. Sebagian sahabat juga tidak menyetujuinya, dengan pertimbangan ketika nabi lahir belum ada perubahan dalam dakwah Islam. Kala itu, nabi belum diutus menjadi rasul disamping juga belum turun Alquran sebagai pedoman kehidupan.

Usulan lain yang diutarakan sahabat adalah memulai tahun baru Islam sejak diutusnya nabi sebagai rasul (bi’satur rasul). Ketika mengutarakan usulan ini, masih ada sahabat yang menyanggah bahwa saat itu nabi masih menghadapi banyak tantangan, diantaranya; meski Alquran telah turun namun Mekah masih dalam kondisi jahiliyah, berhala masih disembah, dan ka’bah pun masih dikeliligi orang yang bertawaf dengan cara jahiliyah. Semua ini menunjukkan bahwa saat itu belum ada perubahan yang signifikan dalam dakwah Islam.

Kemudian ada suatu riwayat yang mengatakan bahwa Sayyidina Ali memberikan suatu usulan agar tahun baru Islam dimulai sejak nabi hijrah. Karena sejak nabi hijrah-lah ada perubahan besar yang terjadi pada umat Islam. Dalam sejarah, rencana persiapan hijrah nabi dimulai sejak bulan Muharram, dan baru terlaksana di bulan Rabi’ul Awal.

Pertimbangan lain yang menguatkan usulan ini adalah pada bulan tersebut musim haji telah usai, dan orang yang berhaji sudah pulang ke kampung halamannya masing-masing sehingga aktivitas di jazirah arab telah kembali normal. Karenanya, kondisi ini memudahkan Sayyidina Umar untuk mengawali kalender hijriyah. Dari beberapa pertimbangan tersebut, kemudian ditetapkanlah tahun baru Islam pada bulan Muharram, yakni bulan persiapan nabi hijrah. Harapannya adalah dengan tahun yang baru ini, umat Islam turut membersipkan diri agar menjadi manusia yang lebih baik dari pada tahun-tahun sebelumnya.

*keterangan ini disarikan dari pengajian menyambut 1 Muharram 1446 H. Bersama KHR. Ahmad Azaim Ibrahimy.

Add a Comment

Your email address will not be published.

Pin It on Pinterest