Datang ke Sukorejo, Syaikh Ammar Al-Rafati Al-Jailani Ngisi Kuliah Umum dan Memondokkan Tiga Anaknya

Datang ke Sukorejo, Syaikh Ammar Al-Rafati Al-Jailani Ngisi Kuliah Umum dan Memondokkan Tiga Anaknya

Siang tadi, tepat pada tanggal 14 desember 2021, Ma’had Aly Situbondo kembali kedatangan ulama berdarah Palestina. Beliau adalah Syaikh Ammar Al-Rafati Al-Jailani.

Ini bukan kali pertama beliau datang ke Ma’had Aly Situbondo. Sebelumnya, tepat pada tanggal 12 Juli 2020, beliau sudah pernah hadir di Ma’had Aly Situbondo untuk ngisi acara kuliah umum yang diikuti seluruh Mahasantri Ma’had Aly Situbondo.

Karena sedari awal sudah dibisiki oleh Ustaz Khairuddin, selaku moderator, bahwa para Mahasantri yang bermukim di Ma’had Aly Situbondo adalah takhassus Fikih-Ushul Fikih, maka sepanjang acara berlangsung beliau banyak menyampaikan materi Fikih-Ushul Fikih.

Dalam waktu yang sangat singkat itu, beliau menyampaikan betapa pentingnya belajar Ushul Fikih. Belajar agama tanpa diimbangi dengan pengetahuan Ushul Fikih rentan membuat seseorang terjebak pada salah satu dua kubu. Kalau tidak tekstualis (mengagungkan teks), ya rasionalis (menuhankan akal).

Lalu, beliau meyebut ulama-ulama Wahabi sebagai contoh orang-orang yang tekstualis. Mereka itu adalah orang-orang yang begitu keras dan kaku ketika membaca sebuah teks agama.

Kemudian beliau menyebut ulama-ulama muktazilah sebagai contoh untuk ulama yang terjebak dalam arus rasionalis. Mereka ini adalah orang-orang yang begitu bebas membiarkan nalar logikanya.

“Kita ini Ahlussunnah Wal Jamaah. Kita mengkompromikan keduanya, aql (rasio) dan naql (teks)” kata beliau menegaskan.

Orang-orang yang belajar ushul-fikih tidak akan terjebak pada salah satu dua arus di atas. Orang yang belajar Ushul-Fikih akan cenderung lebih moderat. Sebab, di dalam Ushul Fikih kita diajarkan untuk memperhatikan keduanya (aql dan naql) secara bersamaan. Imam al-Syatibi di dalam kitab Al-I’tishom berkata.


اجْعَلِ الشَّرْعَ فِي يَمِينِكَ وَالْعَقْلَ فِي يَسَارِكَ

“Jadikanlah wahyu (naql) di sebelah kanan kalian dan akal (aql) di sebelah kiri kalian”

Dan masih banyak lagi mutiara ilmu yang disampaikan oleh cucu Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani ini di sepanjang acara tadi. Namun pada intinya, apa yang disampaikan beliau bermuara pada satu kesimpulan bahwa mempelajari ilmu Ushul Fikih itu penting di dalam memahami agama.

Alasannya, karena memahami agama tidak sesederhana yang dipikirkan oleh banyak orang. Misalnya, ketika membaca Al-Qur’an dan Hadist. Untuk memahaminya, kita butuh Ilmu Manthiq, Ilmu Kaidah Kebahasaan, Nahwu, Balaghah, Bayan, dan lain-lain, yang itu semua ada di dalam satu disiplin ilmu yang disebut Ushul Fikih.

“Kesalahan Wahabi adalah tidak paham Manthiq dan Lughah ketika memahami Hadist. Pengetahuan mereka hanya pada sisi dhohirnya saja” kata beliau mengkritik.

Setelah dianggap cukup berbicara hal-ihwal Fikih-Ushul Fikih, lalu dengan jujur beliau mengungkapkan rasa kagumnya kepada Pesantren Sukorejo.

Menurut beliau, Pesantren yang didirikan di tengah-tengah hutan belantara ini tak ubahnya seperti Al-Azhar, Mesir. Sebab di dalam Pondok ini lengkap tersedia lembaga apa saja. Ada Lembaga Tahfidz untuk para penghafal Al-Qur’an, ada Lembaga Bahasa yang disediakan untuk santri-santri yang berminat mendalami Bahasa Arab dan Bahasa Inggris. Ada juga lembaga Fikih-Ushul Fikih untuk mencetak orang-orang yang Rasikhuna fid Din.

Melihat kenyataan ini kemudian beliau berkata kepada para mahasantri yang sedari awal memperhatikannya “Seandainya bisa, saya ingin kembali ke masa muda dan ikut belajar dengan santri-santri di Indonesia ini”

Hal ini diungkapkan berdasarkan pengalaman beliau setelah berjumpa dengan beberapa ulama di Indonesia. Menurutnya, apa yang tersebar di Internet justru berbanding terbalik dengan kenyataan yang ada di Indonesia. Ulama Indonesia justru tidak kalah fasih bahasanya dan lebih tahqiq penguasaan ilmu agamanya jika dibandingkan dengan ulama-ulama di timur tengah sana.

Kenyataan inilah barangkali yang mendorong beliau untuk memondokkan ketiga anaknya ke Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo baru-baru ini.

Perlu kalian ketahui, kedatangan beliau kali ini lebih special dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jika pada tahun sebelumnya kedatangan beliau hanya untuk berbagi ilmu kepada para mahasantri, maka maksud kedatangan beliau kali ini, selain untuk berbagi ilmu, beliau juga bermaksud untuk memondokkan tiga anaknya di PP. Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo.

Masing-masing dari ketiga anak beliau yang akan dimondokkan itu adalah Al-Sayyid Ja’far Al-Rafati dan Al-Sayyid Muhammad Al-Rafati (laki-laki), dan Sayyidah Leen Al-Rafati (perempuan). Untuk saat ini ketiga anak tersebut ditempatkan di Asrama Ma’had Aly, di bawah pangkuan Kiai Abdurrahman Al-Kayyis.

Untuk mereka bertiga, semoga diberi kemampuan untuk beradaptasi dan ketekunan dalam belajar, guna melanjutkan estafet perjuangan dakwah ayahandanya. Amiin.[srf]

Oleh | Syarifuddin

Reporter Tim Kreatif Ma’had Aly

Add a Comment

Your email address will not be published.

Pin It on Pinterest