Ilmu Balaghah: Mengenal Fashahah (Bag. 1)

Ilmu Balaghah: Mengenal Fashahah (Bag. 1)

Oleh: Achmad Ma’aly Hikam Mastury
(Santri Marhalah Ula)

Dalam rumpun disiplin ilmu balaghah, setidaknya terdapat tiga bahasan pokok. Salah satunya adalah الفصاحة /kelancaran bahasa.

Makna fashahah dalam bahasa arab memiliki dua padanan kata. Yakni الظهور dan البيان. Keduanya memiliki makna kejelasan dan kegamblangan. Penggunaan kata fashahah sendiri telah menjadi kata serapan dalam bahasa Indonesia. Kita biasa menyebut susunan kata yang memiki kelancaran bahasa serta kejelasan makna sebagai kalimat yang fasih.

Dari sini dapat dipahami, bahwa definisi kalimat yang fasih menurut ahli balaghah adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah morfologi, memiliki makna inklusif, dan mudah dicerna. Tentu untuk mencapai kalimat yang demikian dibutuhkan keahlian, salah satunya dengan cermat memilih diksi yang tepat.

Pemiliham diksi menjadi salah satu hal yang penting dalam menyusun kalimat. Apalagi kalimat sastra yang diharuskan memiliki nilai estetika lebih. Sebab, salah memilih diksi bisa berakibat fatal. Bukannya digemari, sebuah kalimat sastra bisa dibenci gara-gara sukar dipahami.

Instuisi normal dibutuhkan sebagai modal utama untuk mengenali keindahan dan kefasihan kalimat. Instuisi normal dapat membantu kita untuk mengategorikan kalimat yang fasih, mendedahnya, serta mengkritisinya. Sebab kata atau lafad juga merupakan suara. Sementara kita sepenuhnya sadar, usaha mengenali suara merdu atau sumbang cukup dengan instuisi, tidak membutuhkan keahlian lebih. Instuisi ini diistilahkan ulama’ balaghah sebagai الذوق السليم.

Kita bisa merasakan contohnya dalam kehidupan sehari-hari. Seperti perbedaan perasaan kita ketika mendengar kicauan burung merpati dan burung gagak. Perasaan kita cenderung lebih damai ketika mendengar kicauan burung merpati. Berbeda halnya dengan kicauan burung gagak, apalagi jika mendengarnya saat tengah malam di rumah sendirian.

Adapun contoh dalam bahasa arab adalah semisal kata المزنة dan الديمة yang memiliki makna awan mendung. Jika dibaca, kedua kata ini akan memunculkan suara yang nyaman didengar telinga. Sementara ada kata yang memiliki makna sama, namun terasa aneh di telinga jika dibaca, yakni البعاق.

Namun demikian, setidaknya masih ada 4 syarat yang harus dipenuhi supaya sebuah kalimat bisa dikatakan sebagai kalimat yang fasih. Penjelasan ini, akan kami paparkan pada tulisan edisi berikutnya. Wallahu a’lam.

*Disarikan dari pengajian kitab al-Balaghah al-Wadihah oleh Ust. Ahsanul Arifin M.ag. pada Kamis siang tanggal 16 Mei 2024

Add a Comment

Your email address will not be published.

Pin It on Pinterest