Mahar Siti Hawa Adalah Salawat

Mahar Siti Hawa Adalah Salawat

Oleh: Ali Ahmad Syaifuddin
(Santri Mahad Aly Situbondo Marhalah Tsaniyah)

Di dalam fikih, terdapat khilaf ulama perihal keharusan membayar mahar meskipun hanya sebagian sebelum menggauli istri. Sebagian ulama berpendapat itu wajib. Adapun ulama yang yang lain menolak hukum wajib tersebut. Menurut mereka, suami boleh mengumpuli istri meskipun belum menyerahkan mahar sepeser pun. Menengahi dua pendapat sebelumnya, pendapat ketiga menghukumi kasus tersebut dengan sunnah.

Nah, untuk yang terakhir ada hikmah yang menjadi dasar pendapat yang diambil dari kisah Nabi Adam dan Siti Hawa.

Alkisah, setelah Allah menciptakan Siti Hawa, secara naluriyah Nabi Adam bermaksud mendekati makhluq baru tersebut. Kemudian Allah tegas melarang Adam mendekat. Allah swt. berfirman, “Menjaulah wahai Adam. Jangan dekati dia sampai kamu membayar maharnya.”

Adam pun bertanya, “Apa maharnya?”

“Maharnya adalah membaca shalawat kepada Muhammad seribu kali dalam satu tarikan napas.”

Nabi Adam as. menyanggupi membayar mahar tersebut. Akan tetapi, Nabi Adam hanya mampu membaca setengahnya saja. Sampai salawat yang ke lima ratus, Nabi Adam lantas menarik napas. Dalam riwayat lain, kewajiban Nabi Adam adalah membaca salawat seratus kali satu kali napas, tapi Nabi Adam hanya mampu membacanya sampai kali yang ke tujuh puluh. Mengetahui kelemahan di samping ada i’tikad baik hambanya, Allah akhirnya memberikan kemurahan.

Allah berfirman, “Wahai Adam, salawat yang telah kamu baca itu sudah menjadi mahar yang dibayar di muka, sementara sisanya adalah mahar yang ditangguhkan yang masih menjadi tanggunganmu.”

Berpegang kepada kisah ini, banyak orang selanjutnya hanya membayar setengah mahar terlebih dahulu dan menyisakan setengah yang lain untuk dibayar di belakang hari kemudian. Ada juga yang hanya membayar dua pertiga dari seluruh mahar dan menyisakan sepertiga sisanya sebagai tanggungan.

Di samping menjadi dasar sebuah pendapat, kisah di atas juga menunjukkan kemuliaan Nabi Muhammad saw. Allah menjadikan salawat kepada Nabi Muhammad sebagai mahar yang harus dibayar Nabi Adam untuk menghalalkan Siti Hawa. Mahar, sebagaimana disebut dalam kitab fikih, adalah harta yang wajib diberikan suami kepada istri di dalam pernikahan. Secara hakikat, mahar adalah sebentuk penghormatan dan kemuliaan yang diberikan suami untuk istri. Ia juga menunjukkan keseriusan seorang suami membangun rumah tangga bersama istrinya. Dengan demikian, tiadalah mahar itu kecuali sesuatu yang berharga dan mulia, serta menunjukkan keseriusan seorang suami.

Kisah di atas sudah tentu dapat diikuti. Tapi, perlu diingat mahar Nabi Adam bukan hanya membaca salawat seribu kali, melainkan juga dalam satu tarikan napas. Tenang, kalau tidak kuat bisa berhenti di salawat yang ke lima ratus atau tujuh puluh. Murah dan mudah, bukan?

Allahumma shalli ala Muhammad!

Image by <a href=”https://www.freepik.com/free-photo/emerald-gemstone-ring-collage_60360898.htm#page=11&query=Jewelry&position=34&from_view=search&track=sph“>Freepik</a

Add a Comment

Your email address will not be published.

Pin It on Pinterest