Memahami Posisi Puasa dalam Islam

Memahami Posisi Puasa dalam Islam

Oleh: Moh Yoeki
(Mahasantri Ma’had Aly Salafiyah Syafi’iyah)

Dalam sebuah riwayat, Rasulullah saw. pernah bersabda: “Puasa adalah separuh kesabaran” Sedangkan riwayat lain menegaskan: “Kesabaran adalah separuh keimanan

Dari dua hadis di atas, Imam Ghazali dalam Ihya’ Ulumiddin kemudian menarik kesimpulan bahwa puasa adalah seperempat keimanan. Seandainya keimanan itu seperti bola, maka separuhnya berisi kesabaran. Dan separuh dari kesabaran itu ialah puasa. Demikian Imam Ghazali mengawali bab puasa yang menjelaskan posisi dan kedudukan ibadah mulia itu dalam Islam. (Lihat: Ihya’ Ulumiddin, vol. 1 hal. 230)

Seorang penyair menggambarkan itu semua dalam bait syiirnya:

الصوم نصفُ صبرٍ قاله إما  # مُنا كذا صبورنا نصف الإيما

Puasa adalah setengah sabar

Sedangkan sabar ialah setengah iman

نِ فالصيام رُبُعُ إيمامنا  # كما أفاده إمامُ ديننا

Karena itu puasa adalah ¼ Iman

Demikian kesimpulan Imam Ghazali

Secara tidak langsung kesimpulan Imam Ghazali di atas mengisyaratkan bahwa Iman bukan sesuatu yang tunggal tetapi memiliki banyak cabang. Dan kenyataannya memang demikian seperti yang dijelaskan oleh riwayat hadis lain, Rasulullah saw. bersabda:

الإيمان بضع وسبعون شعبة، فأفضلها قول لا إله إلا الله، وأدناها إماطة الأذى عن الطريق، والحياء شعبة من الإيمان. متفق عليه

“Iman tercabang sampai 70 sekian cabang, yang paling utama adalah syahadat dan paling rendah adalah menyingkirkan sesuatu yang mengganggu di jalan. Dan rasa malu adalah bagian dari keimanan”

Dari hadis ini, sebagian ulama lalu menggambarkan iman itu layaknya pohon yang berdiri kokoh di atas akar syahadat. Sedangkan salat, puasa, zakat dan haji adalah batangnya yang amat kuat. Dari batang rukun Islam ini, tumbuhlah cabang-cabang kebaikan lainnya yang mencapai 70 sekian cabang.

Dengan demikian, terlihat jelas posisi puasa dalam Islam, bahwa puasa adalah salah satu pondasi keimanan sebagaimana pondasi iman lainnya. Seandainya salah satu tiang itu roboh, maka bagunan iman akan juga ikut roboh.

Memahami posisi puasa ini penting agar seseorang berpuasa dengan penuh kesadaran dan berlandas keimanan. Berpuasa seperti yang diketahui yaitu tidak makan dan minum bisa saja dilakukan oleh orang yang tidak beriman atau beriman tetapi tidak memahami kedudukan puasa yang dilakukannya. Sehingga nilai puasa yang diharapkan tidak sempurna dirasakan.

Dengan kata lain, puasa sesungguhnya upaya untuk menambah dan menguatkan iman seseorang. Lalu bagaimana iman akan bertambah jika seseorang tidak mengerti tujuan puasa yang dia lakukan. Tujuan puasa ini sebenarnya telah ditegaskan oleh al-Quran dengan redaksi lain yaitu agar manusia bertaqwa. Dalam surat al-Baqarah ayat 183 Allah berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ

“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan kepada kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan (juga) kepada orang-orang sebelum kamu agar kamu sekalian bertakwa”.

Takwa sendiri merupakan upaya melaksanakan perintah dan menjauh dari larangan-larangan Allah. Sedangkan puasa di bulan Ramadhan adalah diantara perintah-perintah itu. Dengan demikian berpuasa berarti melaksanakan perintah Allah yang Ia wajibkan sebagai salah satu pondasi keimanan manusia agar mereka semakin dekat atau semakin bertakwa kepada-Nya. Wallahu a’lam.

Add a Comment

Your email address will not be published.

Pin It on Pinterest