Nabi Muhammad Membangun Masjid untuk Menegakkan Kedaulatan Umat Islam

Nabi Muhammad Membangun Masjid untuk Menegakkan Kedaulatan Umat Islam

Oleh: Thaha Abil Qasim
(Santri Mahad Aly Marhalah Ula)

Ketika Rasulullah tiba di Madinah, seluruh kaum muslimin langsung menyambutnya dengan sangat gembira, baik dari kalangan Anshar maupun Muhajirin. Ketika itu, semua kaum muslimin di Madinah sangat mengharapkan rumahnya ditempati oleh Nabi Muhammad saw. Ternyata, orang yang sangat beruntung adalah Abu Ayyub Al-Anshari. Rumah beliaulah yang nantinya menjadi tempat tinggal sementara Nabi.

Proyek pertama yang dilakukan Rasulullah setibanya di Madinah adalah membangun masjid. Masjid dibangun di tanah unta Nabi menderum. Ternyata tanah itu dimiliki oleh dua anak muda yang yatim, yaitu Sahl dan Suhail. Tanah itu oleh putranya Amr dari Bani Najjar tersebut dijadikan sebagai tempat untuk menjemur kurma.

Pada saat itu juga Rasulullah langsung mendatangi pemuka Bani Najjar, dengan niat untuk membeli tanah tersebut. Akan tetapi mereka menolak pembayaran Nabi, dengan bermaksud ingin menghibahkan demi kepentingan umat Islam. Namun, Nabi terus mendesaknya agar tanah itu dibeli saja, dan pada akhirnya dari dua belah pihak sama-sama setuju.

Masjid yang dibangun oleh utusan Allah itu sangatlah sederhana sekali, jauh dari kata indah nan megah. Bahannya tidak lain hanyalah batu, batang pohon kurma, dan pelepah daunnya yang dijadikan sebagai atap. Pasir dan kerikil-kerikil kecil dijadikan alasnya, agar tidak becek ketika hujan. Dari sisi masjid tersebut ada tiga pintu: satu di belakang dan duanya di kanan dan kiri, yang ketiganya itu sama-sama memiliki nama yaitu Ar-Rahmah, Atikah, dan pintu Jibril.

Selain itu terdapat pintu yang dikhususkan kepada orang fakir muhajirin (Ahlu Shuffah). Pintu itu ada di salah satu pojok belakang masjid. Panjang masjid itu dari depan ke belakang, kanan ke kiri sekitaran 100 Hasta. Rasulullah membangun dua kamar yang menempel di bagian sisi masjid, satu untuk Saudah binti Za’udah dan satu buat Aisyah binti Abu Bakar. Begitulah kamar itu bertambah seiring bertambahnya istri Nabi.

Pembangunan masjid memakan waktu selama tujuh bulan. Selama tujuh bulan itulah beliau tinggal di rumahnya Abu Ayyub Al-Anshari. Setelah Nabi Muhammad menyelesaikan masjid itu dengan tuntas,  beliau langsung pindah ke kamar sederhana yang sudah dibuatnya di sisi masjid. Masjid itu diberi nama masjid Nabawi.

Bangunan masjid tersebut oleh Nabi, juga diprioritaskan untuk menciptakan peradaban baru di Madinah. Di tempat itulah kepribadian para sahabat ditempa langsung oleh Nabi. Begitu juga dengan hal-hal yang lain seperti shalat, i’tikaf, tahajjud, menuntul ilmu dan aktivitas-aktivitas lainnya. Rasulullah dan para sahabat sering mengadakan musyawarah dan perundingan di masjid itu , entah itu dalam strategi perang, pengambilan keputusan atau hanya untuk mempererat tali solidaritas.

Maka dari sini kita pahami bahwasanya masjid pada saat itu menjadi bangunan yang sangat penting sekali di Madinah. Selain menjadi tempat peribadatan umat muslim, juga menjadi lembaga-lembaga, seperti pendidikan, permusyawaratan, pemerintahan dan markas para pejuang. Perlu juga dipahami, bahwa berdirinya masjid tersebut juga merupakan simbol kebangkitan umat islam.

Kenapa dikatakan sebagai simbol kebangkitan? Karena pada saat berada di Makah, Rasulullah selalu dikejar-kejar oleh kaum kafir Quraisy. Beliau yang dulunya berdakwah dengan sembunyi-sembunyi dan rasa kekhawatiran selalu datang, ketika sudah di Madinah, beliau sudah bisa berdakwah dan beribadah bersama kaumnya dengan secara terang dan terbuka. Dan beliau sudah berani melakukan proyek-proyek kebangkitan umat islam.

Wallahu A’lam Bisshawab.

Sumber: Mingguan Gamis

Add a Comment

Your email address will not be published.

Pin It on Pinterest