Kisah KHR. As’ad Syamsul Arifin Tabārukan Kepada Imam Ghazali

Kisah KHR. As’ad Syamsul Arifin Tabārukan Kepada Imam Ghazali

Tabarrukan atau yang juga akrab disebut dengan istilah ngalap berkah adalah salah satu kegiatan yang sudah menjadi tradisi di kalangan warga Nadliyin. Dalam tulisan ini tidak akan dibahas tentang dalil ataupun argumen yang melegitimasi keabsahan tabarrukan. Melalui tulisan ini, penulis hanya akan menuturkan sebuah kisah bahwa sosok sekaliber Kiai. As’ad Syamsul Arifin pernah memperagakan praktik tabarrukan.

Kisah tersebut dituturkan oleh Dr. al-Ustaz. Muhyiddin Khotib. Beliau memproleh kisah tersebut dari almarhum KH. Zahrowi Musa Pada tahun 1989 di Gunung Sari Surabaya.

Dalam penuturan yang disampaikan Dr. al-Ustaz. Muhyiddin Khotib, pada tahun 1986, sekitar Jam 8 pagi, Kiai. As’ad Syamsul Arifin bersama KH. Zahrowi Musa berkunjung ke almarhum KH. Mukhtar Syafaat, Banyuwangi, Pengasuh Ponpes Darussalam Blok Agung.

Ketika sudah sampai di depan kediaman KH. Mukhtar Syafaat, beliau turun dari mobil lalu langsung naik ke masjid untuk melakukan salat dua rakaat. Jarang sekali beliau melakukan hal seperti itu. Setelah selesai salat lalu Kiai. As’ad menceritakan mengapa tadi salat dua rakaat.

Beliau menjelaskan bahwa salat dua rakaat yang beliau kerjakan tadi adalah untuk tabarrukan kepada Imam Ghazali.

“Imam Ghazali barusan duduk dan salat di tempat ini dan bekasnya masih hangat” dawuh Kiai. As’ad. “Imam Ghazali hadir ketika Kiai. Mukhtar Syafaat molang (ngajar) kitab Ihyā’ tadi” kata Kiai. As’ad menjelaskan.

Pada waktu itu Kiai. Syafaat memang rutin membaca kitab Ihyā’ Ulūmiddīn setiap pagi yang diikuti para santri Blok Agung.

Sosok sekaliber Kiai. As’ad saja melakukan dan mempraktikkan tabarrukan, bagaimana dengan kita? [srf]

Add a Comment

Your email address will not be published.

Pin It on Pinterest

Exit mobile version