Tiga Pemuda Syam Menolak Murtad

Tiga Pemuda Syam Menolak Murtad

Oleh: Ahsanul Afil
(Santri Mahad Aly Marhalah Ula)

Peperangan kaum muslimin melawan bangsa Romawi menjadi perhatian khusus di zamannya. Tidak mudah bagi saudara-saudara kita kala itu untuk memadamkan kejayaan Bizantium Romawi. Ajakan-ajakan murtad yang diaksikan oleh mereka bertebaran di mana-mana. Perlawanan dan penolakan akan berujung pembunuhan yang kejam. Namun, umat muslim tetap teguh mengikat keimanannya di hati. Murtad menjadi pantangan tersendiri untuk senantiasa diperangi. Jangankan harta benda, jiwa yang bernafas pun rela untuk dikorbankan demi mempertahankan keimanan.

Diceritakan dalam kitab Irsyadul Ibad Ila Sabilil Rasyad karya Syaikh Zainuddin Al-Malibari dari Ibnu Jauzi yang menerimanya dari Abu Ali Al-barbary, bahwasanya ada tiga bersaudara dari daerah Syam yang ikut berperang. Mereka adalah orang-orang yang pandai berkuda lagi pemberani.

Singkat cerita, ketiganya tertawan oleh pasukan Romawi. Mereka pun dibawa ke hadapan raja Romawi yang kejam. Di istana yang megah terjadi percakapan antara tiga pemuda itu dengan sang raja. Raja berambisi membuat mereka murtad dan memeluk agama Nasrani. Dengan tipu dayanya, sang raja menawarkan kerajaan dan putri istana untuk dijadikan istri mereka dengan syarat mereka mengikuti agama Nasrani. Tiga bersaudara menolaknya tanpa mempedulikan tawaran raja. Mereka tetap teguh memilih Islam sebagai agama mereka. Dan tergubah dari lisan tiga pemuda itu ‘’Ya Muhammadah’’. Sepatah kata yang dalam sastra Arab bermakna permintaan tolong kepada Nabi Muhammad SAW.

Mendengar penolakan itu sang raja kesal dan memerintahkan pengawalnya untuk menyediakan tiga bejana besar berisi minyak yang dipanaskan dengan api selama tiga hari tiga malam lamanya. Kemudian setiap hari tiga pemuda itu digantung di atas bejana dengan minyak yang mendidih sambil terus dipaksa untuk memeluk agama Nasrani. Namun mereka tetap menolak ajakan murtad itu. Hingga pada akhirnya kesabaran Raja sudah habis. Dan satu persatu dari mereka di mulai dari saudara yang tertua dilemparkan ke bejana yang sangat panas. Dua saudara sudah mati syahid mempertahankan keimanannya. Dan tibalah waktu saudara yang termuda. Tubuhnya diturunkan mendekati bejana yang panas. Dan untuk terakhir kalinya dia ditawarkan untuk memeluk agama Nasrani. Tapi meskipun nyawa sudah di ujung tanduk, tawaran itu tetap ia tolak.

Hendak dilemparkan ke bejana dengan minyak yang mendidih, ada orang kafir memohon kepada raja agar bersedia menyerahkan pemuda tersebut kepadanya. Dia berjanji akan menjadikan pemuda tersebut beragama Nasrani dengan caranya sendiri. Raja bertanya, “apa yang akan kamu usahakan untuk itu?” Orang kafir tersebut menjawab;’ ’Yang mulia, engkau tau orang Arab itu sangat menyukai wanita, dan tak ada wanita yang paling cantik di romawi ini kecuali anakku. Serahkanlah pemuda itu, akan kutidurkan pemuda itu  dengan anakku agar dia menggodanya’’. Raja pun menyetujuinya dan memberi batas waktu selama 40 hari.

Orang kafir itupun membawanya ke rumah yang ia tinggali bersama putrinya. Sesampainya di rumah, dia masukkan pemuda itu ke kamar bersama putrinya. Putrinya adalah gadis cantik yang pintar merayu lelaki. Hal itu sudah menjadi bakat yang ia punya. Andai ada kontes merayu mungkin yang akan menjadi pemenangnya. Gadis itu berkata ; ’’Tinggalkan dia bersamaku, perintahmu akan kulaksanakan’’. Setiap hari pemuda itu mendapat bermacam godaan dari si gadis. Mulai dari yang tak saya tuliskan hingga yang terbayang di pikiran pembaca sekarang, semuanya ada. Namun, semua godaan yang ada tak pernah dihiraukannya. Setiap harinya pemuda itu berpuasa dan malamnya di isi dengan qiyamullail (menghidupkan malam dengan ibadah). Hal itu terus menerus terjadi hingga melewati batas hari yang ditentukan raja, 40 hari. Saat si gadis keluar dari kamarnya, Ayahnya bertanya; ’’Apa yang kamu lakukan dengannya?’’ Si gadis menjawab; ’’Aku tidak melakukan apapun dengannya. Pemuda itu kehilangan dua saudaranya di tanah romawi ini. Mungkin dia menolakku karena dendam mengingat dua saudaranya dibunuh di tanah romawi. Pindahkanlah kami ke tempat lain. Mungkin ini akan membantu’’.

Hal itu oleh sang ayah disampaikan kepada raja. Dan raja pun agak sedikit kecewa. Tapi demi misi pemurtadan, dia menyetujuinya dengan batasan waktu yang lebih pendek dari sebelumnya. Keduanya pindah ke daerah lain. Namun hasilnya tak berubah. Pemuda itu tetap istiqamah berpuasa dan qiyamullail. Saat malam tiba, si gadis berkata padanya; ’’ Wahai pemuda, selama ini kau sudah bersamaku. Meskipun aku selalu menggodamu, kau tetap berdzikir mensucikan nama tuhanmu. Aku tersanjung dengan yang kamu lakukan selama ini. Aku menyerah menggodamu dan Aku ingin masuk ke agamamu meninggalkan agama leluhurku’’. Pemuda itu bersyukur gadis itu mau masuk Islam. Kemudian dia berkata; ’’Lalu bagaimana cara kita pergi dari sini?’’. Si gadis punya rencana untuk itu. Dia keluar sebentar dan kembali dengan membawa kuda.

Mereka pun melarikan diri bersama meninggalkan desa. Setiap malam mereka bergerak cepat memacu kuda. Dan saat siang mereka bergerak perlahan dengan sembunyi-sembunyi.  Di suatu malam ketika mereka memacu kuda, terdengar suara kaki kuda lain di belakang mereka. Saat dilihat ternyata yang berkuda adalah dua saudara si pemuda yang sebelumnya sudah mati syahid. Dan lebih terkejutnya ada malaikat bersama mereka. Si pemuda mengucapkan salam dan bertanya bagaimana keadaan mereka. Mengapa bisa terjadi pertemuan seperti ini. Saudara-saudaranya menjawab; ‘’Jatuhnya kami ke bejana itu membuat kami punya keistimewaan di surga firdaus. Dan Allah SWT mengutus kami untuk menemuimu sebagai saksi pernikahanmu dengan gadis di sampingmu’’. Alangkah terkejutnya suasana saat itu. Si pemuda terheran-heran kenapa tiba-tiba bisa begini. Namun dengan iman, ia kembalikan semua keheranan itu kepada kuasa Tuhan. Dua kakak saudara pun menikahkan adiknya dengan gadis cantik yang kini telah beriman.  Kemudian mereka melanjutkan perjalanan pergi meninggalkan Syam dan mencari tempat tinggal untuk membina keluarga.

Demikianlah kisah yang dikutip oleh Syaikh Zainuddin Al-Malibari. Di akhir cerita beliau menutupnya dengan doa semoga Allah SWT meneguhkan kita dengan al-qoul ats-tsabit (keimanan) dan melindungi kita dari kekufuran dan kemunafikan. Semoga bermanfaat. Wallahua’lam.

Sumber: kitab Irsyadul Ibad Ila Sabilil Rasyad karya Syaikh Zainuddin Al-Malibari

Add a Comment

Your email address will not be published.

Pin It on Pinterest