KHR. Ahmad Azaim Ibrahimy: Tiga Peristiwa Mengindikasikan Koneksi Ahlul Barzah dan Manusia di Dunia

KHR. Ahmad Azaim Ibrahimy: Tiga Peristiwa Mengindikasikan Koneksi Ahlul Barzah dan Manusia di Dunia

Oleh: M Soleh Shofier
(Mahasantri Ma’had Aly Situbondo)

KHR. Ahmad Azaim Ibrahimy dalam khutbahnya menyampaikan tiga peristiwa penting yang menunjukkan hubungan erat antara leluhur yang lebih dulu wafat dengan sanak saudaranya yang masih hidup di dunia.

Ketika Nabi Muhammad Bersua dengan Nabi Adam

Pertama, kisah nabi Muhammad pada saat menjalani isra mikraj. Dalam banyak keterangan, di antaranya adalah  Sirah Ibnu Hisyam [2/37] dikatakan bahwa ketika di langit pertama nabi Muhammad berjumpa dengan nabi Adam, ayahanda manusia. Kala itu, di antara kanan kirinya nabi Adam terlihat bayangan sekelompok umat manusia. Dan Nabi adam sendiri terduduk sembari menoleh ke bayangan manusia di kanan dan kirinya.

Saat memandang bayangan yang berada di sebelah kanan maka tersimpul senyum bahagia di wajah Nabi Adam. Selain juga ada pintu yang tercium aroma semerbak wangi. Sebaliknya, saat menoleh ke sebelah kiri, rawut wajahnya berubah murung bersedih karena melihat bayangan anak keturunannya, sekumpulan dari anak cucunya Nabi Adam yang tergolong ahli durhaka dan sebelahnya ada pintu beraroma tak sedap.

Melihat kondisi itu, Nabi Muhammad bertanya kepada Malaikat Jibril, “Siapakah lelaki ini Jibril”. Jibril menjawab, “Lelaki ini adalah ayahanda engkau yaitu Nabi Adam”. Sedangkan kumpulan insan di sebelah kanannya adalah anak-cucunya yang taat beribadah dan pintu yang beraroma surga di sebelahnya. Sementara itu, tatkala Adam menoleh ke sebelah kiri dan memandang anak-cucunya yang maksiat durhaka berikut pintu yang beraroma tak sedap adalah pintu neraka, Adam pun sedih melihat anak-cucunya yang celaka.

Dalam kisah itu, bayangan manusia yang berada di sisi kanan dan kirinya nabi Adam adalah manusia yang masih hidup di dunia. Ini artinya, orang-orang yang sudah berada di alam baka tetap mengawasi segala tindak-tanduk manusia di bumi.

Baca Juga: Hiruk Pikuk Haul

Ketika Nabi Muhammad Memprediksi Masa Akan Datang

Kedua, peristiwa semasa hidupnya nabi Muhammad saw. yang telah memberi tahu kondisi masa depan, kondisi yang kelak akan datang tatkala Nabi Muhammad wafat. Beliau pernah bersabda;

«قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” ‌حَيَاتِي ‌خَيْرٌ لَكُمْ تُحَدِّثُونَ وَيُحَدَّثُ لَكُمْ، وَوَفَاتِي خَيْرٌ لَكُمْ تُعْرَضُ عَلَيَّ أَعْمَالَكُمْ، فَمَا رَأَيْتُ مِنْ خَيْرٍ حَمِدْتُ اللَّهَ عَلَيْهِ، وَمَا رَأَيْتُ مِنْ شَرٍّ اسْتَغْفَرْتُ اللَّهَ لَكُمْ “»

 “Kehidupanku lebih baik bagi kalian (sebab) kalian bisa bercakap-cakap dan kematianku adalah lebih baik bagi kalian (sebab) amal-amal kalian akan diperlihatkan kepadaku. Jika aku melihat amal kalian baik maka aku memuji Allah. Tapi, saat aku melihat amal kalian buruk maka aku akan memohonkan ampun kepada Allah demi kalian”. Dikutip dari kitab sirah al-Nabawiyah Abdul Wahid min al-Bidayah wa al-Nihayah [4/547].

Dalam hadis itu secara tegas Nabi menyatakan tatkala wafat maka amal perbuatan umatnya (sahabat) akan diperlihatkan kepada Nabi sehingga nabi Muhammad akan memuji Allah swt. jika amal perbuatan umatnya baik. Sebaliknya, Nabi akan memohonkan ampun kepada Allah swt. apa bila amal perbuatan umatnya itu adalah kedurhakaan.

Ketika yang Wafat Memonitor Keluarganya di Dunia

Ketiga adalah peristiwa sebagaimana yang pernah disabdakan Nabi yang memberi informasi bahwa orang tua dan leluhur kita yang telah mendahului menuju alam barzah. Mereka yang di alam barzah akan diberi laporan tentang kondisi keluarganya yang ada di dunia. Mereka ahli kubur juga akan diberi tahu tentang kondisi anak-cucunya. Terkadang informasi itu adalah membahagiakan tatkala berita adalah amal saleh yang dilakukan oleh anak cucunya, leluhur yang dikubur pun akan bersyukur memuji Allah SWT. Sebaliknya, jika leluhur kita mendengar informasi yang tidak baik tentang anak-cucunya di dunia maka mereka berdoa kepada Allah Swt.

‌اللهُمَّ ‌لَا ‌تُمِتْهُمْ، ‌حَتَّى ‌تَهْدِيَهُمْ ‌كَمَا ‌هَدَيْتَنَا

“Wahai Tuhanku, janganlah Engkau mematikan mereka (anak cucu) sehingga Engkau memberikan petunjuk kepada mereka sebagaimana Engkau memberi petunjuk pada kami”.

Hal ini sebagaimana di dokumentasikan oleh Imam Ahmad dari Anas bin Malik.

«مسند أحمد» (20/ 114 ط الرسالة):

 ‌إِنَّ ‌أَعْمَالَكُمْ ‌تُعْرَضُ ‌عَلَى ‌أَقَارِبِكُمْ ‌وَعَشَائِرِكُمْ ‌مِنَ ‌الْأَمْوَاتِ، ‌فَإِنْ ‌كَانَ ‌خَيْرًا ‌اسْتَبْشَرُوا ‌بِهِ، ‌وَإِنْ ‌كَانَ ‌غَيْرَ ‌ذَلِكَ، ‌قَالُوا: ‌اللهُمَّ ‌لَا ‌تُمِتْهُمْ، ‌حَتَّى ‌تَهْدِيَهُمْ ‌كَمَا ‌هَدَيْتَنَا ” (2)»

“Sesungguhnya amal-amal kalian akan diperlihatkan kepada kerabat dan sanak keluarga kalian yang sudah meninggal. Jika amal itu bak maka mereka akan bergembira dan sebaliknya maka mereka akan berdoa, ““Wahai Tuhanku, janganlah Engkau mematikan mereka (anak cucu) sehingga Engkau memberikan petunjuk kepada mereka sebagaimana Engkau memberi petunjuk pada kami”.

Tentu, kita dirindukan oleh para leluhur, guru, dan orang tua kita yang telah lebih dulu menghadap Tuhan. Sebagaimana anak adalah keturunan biologis orang tua, maka santri adalah anak keturunan ideologi/spiritual para masyaikh serta guru-guru kita. Dan santri yang dibanggakan oleh gurunya adalah mereka yang telah dikabarkan dan diberitakan kepada guru-guru kita yang ada di alam barzah bahwa santrinya melakukan kebaikan dan melaksanakan ketaatan dan mematuhi aturan dan tentunya tekun dalam mencari ilmu.

Baca Juga: K.H.R. Ach. Azaim Ibrahimy: Inti Perayaan Maulid Nabi

Semoga kita menjadi generasi yang membahagiakan para pendahulu kita, orang tahu dan guru kita. Dengan penuh kesadaran akan diri kita yang sangat terbatas dalam amal kebaikannya akan tetapi ada berita gembira sebagai harapan sebagaimana difirmankan oleh Allah

ﵟوَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَٱتَّبَعَتۡهُمۡ ذُرِّيَّتُهُم بِإِيمَٰنٍ أَلۡحَقۡنَا بِهِمۡ ذُرِّيَّتَهُمۡ وَمَآ أَلَتۡنَٰهُم مِّنۡ عَمَلِهِم مِّن شَيۡءٖۚ كُلُّ ٱمۡرِيِٕۭ بِمَا كَسَبَ رَهِينٞ ٢١ﵞ [الطور: 21] 

“Dan orang-orang yang beriman lalu diikuti oleh anak cucu mereka dalam beriman, maka Kami akan menghubungkan anak cucu itu dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikit pun pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakan (QS. Al-Thur [52]: 21).

Sa’id bin Jubair pernah mengatakan;

«قَالَ سَعِيدُ بْنُ جُبَيْرٍ: يَدْخُلُ الْمُؤْمِنُ الْجَنَّةَ فَيَقُولُ: أَيْنَ أَبِي أَيْنَ أُمِّي أَيْنَ وَلَدِي أَيْنَ زوجتي؟ فَيُقَالُ: إِنَّهُمْ لَمْ يَعْمَلُوا مِثْلَ عَمَلِكَ، فَيَقُولُ: ‌إِنِّي ‌كُنْتُ ‌أَعْمَلُ ‌لي ‌ولهم، فيقال: أدخلوهم

“Orang mukmin akan masuk surga. Setelah masuk mereka bertanya, di mana bapak, umi, anak, dan istri/suamiku? Lalu dijawab bahwa amal mereka tidak selevel dengan amal kamu. Maka mukmin itu berkata, aku beramal untuk diriku dan untuk mereka. Maka dikatakan, masukkanlah mereka semua (ke dalam surga)”. («مختصر تفسير البغوي المسمى بمعالم التنزيل» (6/ 825):

Dari ayat dan perkataan Sa’id bin Jubair itu kita bisa simpulkan bahwa para guru dan orang tua kita tidak akan menyia-nyiakan kita. Kendatipun amal yang kita lakukan tak sebanding dengan dedikasinya para guru-guru kita, namun apa bila kita diakui oleh guru-guru kita sebagai muridnya maka insyaallah kita akan disusulkan bersama rombongan guru-guru kita semua. Amiin wa Falyata’ammul. Disarikan dari khutbah K.H.R. Ach. Azaim Ibrahimy: Jum’at Manis 16 Desember 2022

Add a Comment

Your email address will not be published.

Pin It on Pinterest

Exit mobile version