Karena Sesama Mukmin Adalah Bersaudara

Karena Sesama Mukmin Adalah Bersaudara

Oleh: Noval Tsabitul Azmi
(Santri Mahad Aly Marhalah Tsaniyah)

(Disarikan dari pengajian Kiai Ach. Azaim Ibrahimy)

al-Qur’an menegaskan bahwa semua orang mukmin adalah bersaudara. Ikatan persaudaraan ini diikat oleh agama Islam dengan identitas keagamaan. Tidak hanya di al-Qur’an, Baginda Nabi juga mengatakan dalam sebuah hadis yang menegaskan hubungan mukmin dengan mukmin lainnya dengan perumpamaan simbolik. Nabi berkata:

إِنَّ ‌الْمُؤْمِنَ ‌لِلْمُؤْمِنِ ‌كَالْبُنْيَانِ ‌يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا

Mukmin dengan mukmin yang lain laksana bangunan sebagian unsur menguatkan dan mengokohkan unsur lainnya. Pondasi menguatkan tembok yang berada di atasnya, atap menahan panas di siang hari dan dingin di malam hari. Jendela untuk menjaga sirkulasi udara agar ruang dalam rumah tetap segar sepanjang hari. Demikian juga dengan seorang mukmin dengan mukmin lainnya.

Imam al-Qurtubhi mengatakan bahwa ungkapan hadis itu adalah nasihat untuk saling tolong menolong antar sesama mukmin karena bangunan tidak akan berdiri sempurna dan tidak akan berfungsi sebagaimana mestinya kecuali apabila setiap bagiannya saling menguatkan dan saling mengokohkan dan jika tidak demikian maka akan rusak seluruh bagian-bagiannya.

Sebagai gambaran umum, atap tidak akan berdiri jika tembok yang menahannya tidak kokoh atau bahkan hancur. Tembok tidak akan tegak jika pondasinya tidak kuat atau bahkan retak. Lalu bagaimana dengan seorang mukmin jika hubungannya dengan mukmin lain retak. Maka yang terjadi adalah hubungan yang tak harmonis, ketegangan, hubungan persahabatan yang hancur.

Persahabatan yang diikat dengan agama adalah rahmat Allah. Rahmat ini akan tercabut jika tempat turunnya rahmat ini tidak siap untuk menerima. Misalnya dengan saling membenci, mendendam maka akan merobohkan bangunan. Melalui persatuan inilah akan melahirkan persaudaraan, dan akan memberikan persahabatan yang baik.

Tetapi jika dalam hati masih ada kebencian, dendam, dan hasud terhadap sesama mukminnya maka harapan mendapatkan rahmat dari Allah akan sirna. Dikisahkan bahwa pada suatu malam Rasulullah hampir saja mendapatkan informasi turunnya Lailatul Qadar. Tetapi hal itu gagal, karena di luar hujrah (rumah) Nabi ada orang yang saling cekcok. Setelah ditelusuri, ternyata dua orang ini bertengkar soal hutang-piutang. Urusan pertengkaran dalam tubuh umat akan menghindari turunnya rahmat dan rahasia-rahasia dari Allah.

Dalam ayat lain Allah menegaskan secara jelas bahwa sesama mukmim adalah bersaudara, dan jika terjadi perselisihan menyangkut suatu urusan maka harus didamaikan, diperbaiki lagi hubungan harmonis yang sebelumnya telah terjalin baik. Usaha tersebut supaya mendapatkan Rahmat dari Allah.

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ

Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah kedua saudaramu (yang bertikai) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu dirahmati. (QS. Al-Hujurat: 10)

Kunci kebaikan itu dengan mengikuti kebaikan Nabi Muhammad. Barangsiapa dibukakan mengikuti Nabi Muhammad maka itu adalah tanda wujud cinta Allah atasnya.

قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

Katakanlah (Nabi Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS. Ali Imran: 31)

Nabi Muhammad mengajarkan kepada umatnya supaya saling menyayangi antar sesama mukminnya. Bahkan Nabi bersabada dalam sebuah hadis yakni ظُنُّوا بِالْمُؤْمِنِ خَيْرًا hendaklah kalian berprasangka baik kepada mukmin lainnya. Hal ini lantaran supaya tercipta ruang yang hangat pada hati masing-masing mukmin.

Nabi Muhammad tidak hanya menganjurkan, tetapi beliau juga melakukannya dengan tindakan. Tindakan beliau ini memperkuat bentuk anjuran Nabi yang mengatakan bahwa antara sesama mukminnya adalah bersaudara. Saat Salman al-Farisi datang dari suatu wilayah yang jauh dari tempat bermukim Nabi, maka setelah Salman memeluk agama Islam Rasulullah bersabda ‌سَلْمانُ ‌مِنَّا ‌أَهْلَ ‌الْبَيْتِ Salman minna Ahlal Bait. Ini menunjukkan jika seseorang telah terpaut dan mengikuti ajaran baginda Nabi dia akan mendapatkan keterhubungan jasad dan batin. Sebaliknya, orang yang tidak mengikuti Nabi Muhammad akan mengakibatkan putusnya hubungan.

Di antara yang menjadi ajaran kebaikan Rasulullah adalah selalu menjaga hak persaudaraan adab kepada sesama serta tidak membiarkan hal sekecil apapun yang dapat memecah-belah. Sekecil apapun yang menumbuhkan bibit kebencian harus dihindari. Termasuk salah satunya tidak berbahasa halus. Betapa banyak orang yang menjadi tersinggung walaupun teman akrab pada akhirnya menjadi orang yang saling bermusuhan sebab bahasa yang digunakan terlalu kasar. Misalnya saat bertemu dengan orang teman akrab di ruang publik memanggil dengan panggilan akrab yang secara publik dinilai kasar. Berbeda jika panggilan itu diucapkan di ruang privat, maka hal tersebut tidak menjadi masalah.

Tidak hanya berhenti pada persoalan sikap dalam berbasa, termasuk yang paling besar potensi unutk memecah belah tubuh umat Islam adalah masalah politik dan identitas kelompok. Berapa banyak persoalah politik nasab dan kelompok membuat kita tidak bisa silaturrahim lagi. Sejarah telah banyak mencatat Sejarah kelam perseteruan antar kubu dalam tubuh umat muslim sendiri. Padahal allah telah melarang perbuatan tersebut dan memerintah umat untuk selalu berpegang teguh pada ajaran allah dan rasul dan tidak terpecah belah. Sebab pertikaian dan kedengkian dalam tubuh umat islam sesungguhnya merupakan hal yang disenangi setan dan menjadi hal yang dibenci tuhan. Allah berfirman dalam surah Ali Imran ayat 103:

وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا ۖوَاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَاءً فَاَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖٓ اِخْوَانًاۚ

Berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, janganlah bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara. (QS. Ali Imran: 103)

Terhadap firman Allah wa la tafarraqu ulama mufassir mengatakan bahwa itu sebagai pencegahan terhadap timbulnya perpecahan dan meniadakan persatuan. Sedangkan wazkuru nikmatallahi alaikum secara keseluruhan merupaka petunjuk dan pertolongan Islam yang akan menghilangkan perpecahan dan permusuhan.

وَاَطِيْعُوا اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ وَلَا تَنَازَعُوْا فَتَفْشَلُوْا وَتَذْهَبَ رِيْحُكُمْ وَاصْبِرُوْاۗ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَۚ

Taatilah Allah dan Rasul-Nya, janganlah kamu berbantah-bantahan yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan kekuatanmu hilang, serta bersabarlah. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar. (QS. Al-Anfal: 46)

Ibnu Ajibah berkata dalam kitab al-Ma’ani al Isyariah, dalam menafsirkan wa atiullah wa rasulahu wa la tanazau fatafsyalu, memerintahkan seorang hamba yang menghadap allah untuk dan orang yang menunjukkan jalan kepada-Nya, allah memerintahkan supaya menjauhi perselisihan yang dapat menjauhkan badan dan hati. Dengan demikian hakikat ukhuwah bukan harus selalu sama pada setiap urusan, akan tetapi harus saling mengokohkan satu sama lain dengan ingin mencapai tujuan yang sama.

Add a Comment

Your email address will not be published.

Pin It on Pinterest

Exit mobile version