Abdallah bin Wada’ah Santri Sekaligus Menantu Sa’id bin Musayyab

Abdallah bin Wada’ah Santri Sekaligus Menantu Sa’id bin Musayyab

Abdullah bin Abi Wada’ah merupakan salah satu santri yang belajar kepada Said bin Musayyab. Beliau tidak hanya menjadi santrinya Said bin Musayyab namun sekaligus merupakan ponakan serta menantunya. Sebab anak perempuannya Said bin Musayyab dinikahkan kepada Abdullah bin Wada’ah.

Baca juga: Dr. Imam Nakhe’i; Mawaddah dan Rahmah

Imam al-Ghazali dalam penjelasan kitabnya mengutip Abdullah yang mengisahkan kehidupan dalam rumah tangganya. Menurut pengakuannya, dia sering belajar kepada tabi’in yang diakui dalam bidang hadis yaitu Said bin Musayyab.

Akan tetapi, beberapa hari lamanya Abdullah absen dan tidak datang ke kelasnya Said bin Musayyab sehingga menimbulkan pertanyaan dari gurunya itu.

Maka ketika mulai mengaji kembali, Abdullah langsung diintrograsi oleh gurunya terkait alasan tidak ikut pengajian beberapa hari terakhir. Beliau pun menjawab bahwa mengurus istrinya yang telah wafat sehingga tidak bisa menghadiri pengajian gurunya tersebut.

Mengetahui status muridnya yang sudah duda dan tidak memiliki istri, Said bin Musayyab memberi usulan kepada muridnya untuk menikah lagi. Namun tawarannya ditangkal oleh sang murid dan mengadukan nasibnya.

https://maalysitubondo.ac.id/ketika-nabi-melarang-ali-berpoligami/

Kendatipun Abdullah masih menginginkan pendamping hidup namun beliau sadar diri bahwa tidak akan ada seseorang yang rela menjadikan menantunya. Di samping beliau sudah tidak memiliki modal untuk kawin lagi karena sisa hartnya tinggal dua dirham.

Mendengar alasan yang diajukan oleh sang murid, sontak saja Said bin Musayyab langsung menawarkan dirinya sendiri yang akan mengambil Abdullah sebagai mantu, yaitu suami dari anak perempuan Said bin Musayyab. Karena Abdullah tidak percaya, Said bin Musayyab langsung memantapkan bahwa dirinya betul-betul akan mengangkat Abdullah, murid sekaligus ponakannya, sebagai menantunya. Bahkan akad pernikahannya langsung digelar di majlis itu.

Setelah selesai prosesi akad nikah Abdullah pun pulang ke rumahnya. Dalam fikirannya tetap tidak percaya saking senangnya. Namun tidak lama dia justru menjadi sedih karena bingung memikirkan modal untuk menyelenggarakan resepsi pernikahannya yang baru dilangsungkan oleh sang guru dengan anak perempuannya.

Menjelang sore hari, Abdullah keluar rumah untuk melaksanakan salat maghrib. Setelah selesai, ia langsung pulang ke rumahnya dan berencana untuk berbuka puasa dengan hidangan yang sangat sederhana. Tiba-tiba ada orang yang mengetuk pintu rumahnya yang diketahui namanya Said.

Abdullah bersikeras berpikir siapakah tamu yang mendatanginya. Apakah mungkin gurunya yang bernama Said. Namun dalam hatinya tidak percaya jika gurunya yang menemuinya sebab Said bin Musayyab selama empat puluh tahun tidak pernah kemana-mana kecuali mengajar.

Untuk menghilangkan rasa penasarannya, Abdullah memberanikan diri untuk membuka pintunya yang sudah diketuk. Ternyata benar yang mengetuk pintunya adalah gurunya sendiri yang baru mengangkatnya sebagai mantu. Maka Abdullah pun memiliki pikiran bahwa gurunya mungkin akan menggagalkan akad yang sudah dilakukan.

Setelah terjadi dialog antara santri dan sang guru ternyata maksud dari Said bin Musayyab adalah mengantarkan anak perempuannya yang sudah menjadi istri sang murid. Sementara Said bin Musayyab langsung pulang ketika anaknya telah masuk ke rumah Abdullah.

Abdullah pun pergi untuk mencari hutangan kepada tetangganya sebagai modal resepsi bahkan peristiwa ini baru diketahui oleh ibunya Abdullah. Reaksi ibunya pun ikut bahagia dan mengatakan kepada anaknya untuk tidak langsung tidur bersama namun menunggu selama tiga hari.

Tiga hari berlalu, akhirnya Abdullah bisa bersama dengan istrinya yang merupakan anak perempuan gurunya sendiri. Bahkan istrinya sangat alim dan cantik. Istrinya hafal al-Quran dan mengerti sunah Nabi serta sangat mengetahui terhadap hak-hak suami.

Karena memiliki istri baru, Abdullah baru masuk lagi belajar setelah sebulan kemudian. Katika majlis telah selesai, Said bin Ibnu Musayyab menanyakan kondisi Abdullah bersama anaknya. Bahkan tatkala Abdullah mau pulang, Said memberikan uang sebanyak duapuluh ribu dirham sebagai bekal nafkahnya.

Padahal, anak perempuannya Said ini sempat dipinang oleh khalifah Abdul Malik untuk dijadikan istri anaknya yaitu Al-Walid pada saat menjadi putra mahkota. Namun Said bin Musayyab secara tegas menolaknya sebagaimana dihikayatkan oleh Abdullah bin Sulaiman.

Add a Comment

Your email address will not be published.

Pin It on Pinterest