Kiai Azaim, Berhenti Bermedsos, Siapa Yang Akan Menghadapi Mereka?

Kiai Azaim, Berhenti Bermedsos, Siapa Yang Akan Menghadapi Mereka?

Saat ini, Kita tengah “diperkosa” oleh dunia sebab terombang-ambing oleh derasnya arus informasi. Perlu diakui bahwasanya kita yang hidup di zaman milenial memiliki keunikan tersendiri, terutama dalam hal mudahnya memperoleh informasi. Sebut saja, bila ingin mencari pasangan, mengetahui info atau menstalking mantan, maka tak perlu bersusah payah menempuh perjalanan berkilo-kilometer jauhnya, cukup Fesbuk-an, WA-an, dan IG-an, maka informasi apapun yang diinginkan, niscaya mudah diketahui.

“Keajaiban” ini bukan hanya lintas desa, kota, ataupun Negara, namun juga lintas Benua. Segala macam latar belakang, pemikiran dan kepentingan berkumpul menjadi satu di dunia medsos, tak ubahnya seperti tajin. Bila diibaratkan, memasuki dunia medsos seperti memasuki hutan belantara, tanpa ada persiapan mental, ilmu dan pemikiran yang tajam, maka akan tersesat dan terempas.

Teringat kepada petuah senior di Ma’had Aly, Kiai Ahmad Muzammil- Pengasuh Pesantren Rohmatul Umam Yogyakarta-pada dasarnya, dunia medsos dihuni oleh dua golongan, pekerja medsos dan aktivis medsos. Macam pertama, meruapakan sekelompok orang yang mendapatkan upah, sebab telah bekerja membuat berita hoax, menimbulkan kericuhan dan melancarkan fitnah. Adapun aktivis medsos merupakan sekelompok orang yang sejatinya hanya penikmat medsos. Namun, secara tak sadar, mereka terseret oleh hoax, fitnah dan apapun yang dibuat oleh pekerja medsos. Perbedaan mendasar antara keduanya adalah antara dibayar dan tidak, serta antara melakukan kabejatan yang disengaja dan tidak disengaja.

Disebutkan bahwasanya Kiai Ahmad Azaim Ibrahimy-Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejor-pernah disarankan oleh seseorang untuk berhenti menggunakan media sosial facebook, tentunya dengan pelbagai alasan dan pertimbangkan, namun beliau menjawab, “Saya sangat berterimakasih atas saran dan masukannya, tapi kalau saya berhenti, lalu siapa yang akan mengimbangi dan melawan berita-berita hoax, ujaran kebencian, radikalisme dan lain sebagainya“.

Memandang semua itu, sepantasnya menjadi sebuah keharusan bagi kaum santri dan ulama untuk lebih menyemarakkan lagi dunia medsos, sebab hanya di bawah tangan mereka dunia medsos menemukan kesejukannya, minimal amoral berkurang.

Di dalam kitab al-Tanwir Syarhu Jam’i al-Shaghir juz 2 halaman 140, Muaz Bin Jabal meriwayatkan hadis,

إذا ظهرت البدع في أمتي وشتم أصحابي فليظهر العالم علمه فإن لم يفعل ذلك فعليه لعنة الله

“Apabila bid’ah merajalela (bid’ah yang bertentangan dengan syariat) dan sahabatku dicaci, maka hendaklah bagi orang yang berilmu menampakkan ilmunya sehingga kalau tak menampakkan, maka Allah akan menimpakan laknat”

Imam Ghazali mengatakan di dalam kitabnya, Faidul al-Qadir, Ulama itu bagaikan dokter, sehingga apabila mereka menjumpai orang yang sakit, baik pemikiran atau perilakunya, maka wajib bagi Ulama untuk segera menyembuhkan.

Diriwayatkan, bahwasanya Abu Ishak pernah berkata kepada seorang ulama yang sedang uzlah di pegunungan Lebanon, wahai orang pemakan rumput, apakah kamu meninggalkan Umat Nabi Muhammad Saw di tengah-tengah kaum pembuat onar dan penyebar fitnah. Bukankah Allah Swt menganugerahkan kekuatan kepadamu untuk menghadapi mereka. Mendengar ucapan Abu Ishak, Ulama yang dijuluki si pemakan rumput itu, langsung turun gunung dan menyusun kitab yang berjudul al-Jami’ Baina Jaly wa al-Khafi. Di samping itu, Allah tidak suka, bahkan melaknat orang alim yang hanya berdiam diri dan menyembunyikan ilmunya di tengah kekacauan fitnah, sebagaimana firman Allah

إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ ما أَنْزَلْنا مِنَ الْبَيِّناتِ وَالْهُدى مِنْ بَعْدِ ما بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتابِ أُولئِكَ يَلْعَنُهُمُ اللَّهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللاَّعِنُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang telah menyembunyikan bukti-bukti dan petunjuk yang telah Allah Saw turunkan, setelah Allah Saw menjelaskannya di dalam kitab, maka sesungguhnya orang tersebut dilaknat oleh Allah Saw dan semua makhluk”.

Doktor Karim al-Khatib di dalam kitab Tafsir Qur’an lil Qur’an menjelaskan, ulama adalah para pewaris Nabi. Allah Swt memberikan beban kepada mereka untuk menyampaikan dan menjelaskan kalam Tuhan sebagaimana para Nabi.

Oleh karenanya, tak boleh bagi mereka untuk menyembunyikan apapun, termasuk ilmu. Bukan hanya itu, seorang Ulama juga dituntut untuk melakukan amar ma’ruf nahi mungkar (memerintahkan kebaikan dan melarang kejelekan) atau berdakwah dengan sikap yang penuh cinta dan kasih sayang, bukan malah dengan cara caci sini dan maki sana layiknya orang kesurupan.

Akhiran, bangkitkan dan lebih semarakkan lagi Nasyru al-ilmi di dunia medsos, sambil lalu memgimbangi mereka yang suka berdalih menggunakan teks-teks suci, baik yang berasal dari al-Qur’an ataupun hadis. Harapannya, supaya tak mudah menyirikkan, mengafirkan dan menyalahkan orang lain. [SFR]

Ahmad Saiful Bahri
(Alumni M2 Ma’had Aly Situbondo)

One thought on “Kiai Azaim, Berhenti Bermedsos, Siapa Yang Akan Menghadapi Mereka?”

  1. Terimalsih atas sharing ilmu ini.
    Ada yang ingin saya klarifikasikan:
    Faidul qodir ini ada yang karya alghozali?

Add a Comment

Your email address will not be published.

Pin It on Pinterest

Exit mobile version